SEPUTARTANGSEL.COM - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, baik untuk anggora DPR/ DPRD dan pasangan presiden-wakil presiden memang masih sekitar dua tahun lagi.
Namun, suasana jelang Pemilu 2022 sudah terasa. Pro dan kontra tentang 'politik identitas' terus memanas.
Terakhir sebuah majalah yang berisi profil salah satu tokoh yang digadang sebagai capres yang dibagikan di sebuah masjid di daerah Jawa Timur.
Pendukungnya dinilai melakukan 'politik identitas'. Sebuah cara mendapatkan suara pemilih dengan menonjolkan identitas suku dan agama tertentu.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis pun ikut angkat bicara tentang politik identitas tersebut.
KH Cholil Nafis yang juga toko dari Nahdlatul Ulama (NU) mengingatkan, jangan sampai menghilangkan identitas.
"Jangan sampai menghilangkan politik hanya krn ingin menggeser politik identitas," ujar Cholil Nafis sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @cholilnafis, Rabu 28 September 2022.
Baca Juga: Said Didu Soroti Pidato Kenegaraan Jokowi Tentang Politik Identitas: Orang Lain Nggak Boleh
Menurut KH. Cholil Nafis yang juga menjadi dosen di Universitas Indonesia, sejak awal Indonesia bisa merdeka karena jelas identitas politik dan perjuangan masyarakatnya.
"Sedari awal Indonesia bisa mereka krn jelas identitas politik n identitas perjuangan masyarakat Indonesia," lanjut Cholil Nafis.
"Yg tidak boleh itu politik identitas yg membenci identitas dan merusak yg lain," tegas Cholil Nafis yang disetujui netizen.
Mereka menilai, politik identitas perlu agar tidak seperti bunglon.
"Politik? Ya harus punya Identitas Politik nggak punya identitas?? Brarti lagi 'Menyamar' alias politik 'BUNGLON'," kata @zidez999.
"Betulm pak kyai. Tanpa identitas politik kita menjadi babu penjajahan ratusan tahun. Dgn adanya identitas politik maka kita berjuang utk merdeka," ucap @GuciMarbawi.
Netizen pun memuji Cholil Nafis yang mau memberikan pernyataan berbeda.
Baca Juga: Jadwal Samsat Keliling Tangsel Hari Ini Kamis 29 September 2022, Ada di Pamulang Square
"Tetap suarakan yang haq meski pendengung bergemuruh menenggelamkannya," kata @PerisaiNusa.
"Hanya Kyai yg bisa jadi panutan di suara publik... damai tenteram.... Tapi tetapd hak," puji @TheEnd90831683. ***