Ia menyebut di lain sisi, pendapatan negara per Juli 2022 naik Rp519 triliun (50,3%), sebagai akibat harga komoditas, yang notabene milik negara, meroket.
"Bukannya membagi rejeki ‘durian runtuh’ ini kepada masyarakat, sebagai kompensasi kenaikan harga pangan, yang ada malah menaikkan harga BBM: Sehat?" sindir Anthony Budiawan.
Ia menyebut ‘durian runtuh’ dari sektor batubara sangatlah besar.
"Ekspor 2021 naik $12 miliar, dari $14,5 miliar (2020) menjadi $26,5 miliar," sebutnya.
"Kenapa Rp31,75 triliun, sekitar $2 miliar saja, tidak ambil dari batubara ini? Kenapa harus dari rakyat kecil? Bukankah batubara milik rakyat juga?" geramnya.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dilakukan justru saat tren harga minyak dunia turun.
Alasan Pemerintah untuk mengurangi jumlah subsidi BBM yang disebutnya mencapai Rp502,4 triliun.
Sebelum naiknya harga BBM, beragam kebutuhan pokok pun telah mendahului naik.