"Saya sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Karena ketika Presiden Jokowi merekrut Yaqut Cholil Qoumas dalam jajaran kabinetnya, maka sesungguhnya yang diambil adalah orang yang memang termasuk aktivis politik, yang juga bersuara keras terhadap sub kelompok lain dalam masyarakat," kata Refly Harun, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun.
Refly Harun melihat Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu termasuk ke dalam kelompok Islam kiri dan memiliki basis pendukung yang sama dengan Jokowi.
Bahkan, menurut Refly keberadaan Yaqut merupakan representasi sikap politik Jokowi.
Karena itu, ia mengaku tak heran apabila Yaqut dikritik oleh kelompok Islam kanan seperti PA 212 yang selama ini dikenal kritis terhadap pemerintahan Jokowi.
"Maka dalam konteks ini, tidak heran kalau yang mengkritik Yaqut Cholil Qoumas pastilah dari komponen PA 212, terutama komponen-komponen yang selama ini berada di luar sistem kekuasaan dan sangat kritis terhadap pemerintahan Presiden Jokowi," tuturnya.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada itu menilai, mantan Wakil Bupati Rembang itu hanya memperparah konflik di tengah masyarakat.
Ia mengatakan, Yaqut justru terlihat seperti memukul kelompok tertentu dengan kebijakan-kebijakan dan pernyataannya yang dianggap memojokkan.
"Kalau kita bicara tentang rekonsiliasi umat, maka sesungguhnya mengangkat Yaqut Cholil Qoumas malah memperuncing perbedaan, memperuncing kelompok-kelompok Islam kanan untuk terus-menerus mengkritik kebijakan Presiden Jokowi," tegasnya.***