PNS Se-NTB Diwajibkan Beli Tiket MotoGP Mandalika, Alvin Lie: Tak Mampu Memasarkan Kok Pakai Main Kekuasaan?

- 4 Maret 2022, 08:38 WIB
Ilustrasi- Pemprov NTB akan mewajibkan PNS untuk membeli tiket MotoGP Mandalika 2022.
Ilustrasi- Pemprov NTB akan mewajibkan PNS untuk membeli tiket MotoGP Mandalika 2022. /pixabay.com/jingoba

SEPUTARTANGSEL.COM - Indonesia akhirnya berkesempatan menjadi tuan rumah gelaran ajang balap MotoGP 2022 yang akan digelar di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pertengahan Maret 2022 mendatang.

Namun, penjualan tiket MotoGP Mandalika diketahui sampai saat ini masih sepi peminat.

Rendahnya penjualan tiket disebut-sebut membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB akan mewajibkan para pegawai negeri sipil (PNS) di NTB untuk membeli tiket dan menonton MotoGP Mandalika.

Baca Juga: Jokowi Dikritik Keras Soal MotoGP Mandalika, Rocky Gerung: Presiden Sudah Ketagihan Kekuasaan, Jadi...

Munculnya kabar kewajiban PNS di NTB untuk membeli tiket dan menonton MotoGP Mandalika turut menuai kritik dari mantan Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie.

Alvin Lie mempertanyakan landasan hukum diwajibkannya PNS di NTB untuk membeli tiket dan menonton MotoGP Mandalika.

Hal itu diungkapkan oleh Alvin Lie melalui cuitan di akun Twitter @alvinlie21 pada Kamis, 3 Maret 2022.  

Baca Juga: Meriahkan Ajang MotoGP, Kemenparekraf Launching ‘Planogram Goes to Mandalika 2022’

"Apa landasan hukumnya? Mengapa PNS yg dibebani kewajiban beli tiket MotoGP?" kata Alvin Lie.

Pengamat Penerbangan itu juga mempertanyakan terkait relevansi MotoGP dengan kinerja PNS.

Bahkan, dia mempertanyakan mengenai nasib masyarakat pengguna pelayanan publik bila dibebankan kebijakan serupa oleh para PNS.

Baca Juga: Pemprov Bagikan Diskon Tiket MotoGP Mandalika Bagi Warga Ber-KTP NTB, Begini Caranya

"Apa relevansi MotoGP dgn kinerja PNS? Bgmn kalau kemudian PNS bebankan kewajiban tsb kpd masyarakat pengguna pelayanan publik?" ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyindir pihak yang tidak mampu memasarkan tiket MotoGP Mandalika tersebut karena malah menggunakan kekuasaan.

"Tidak mampu memasarkan kok pakai main kekuasaan?" pungkasnya.***

Editor: Asep Saripudin


Tags

Terkait

Terkini

x