"Kaidahnya, kebijakan pemimpin haruskan ditujukan untuk kemaslahatan rakyatnya," tegas Alissa Wahid.
"Berapa banyak rakyat kecil yang sudah dikorbankan atas nama pembangunan? Sampai sekarang, setiap berada di Bandara Kulon Progo, saya selalu kirim Fatihah untuk kemaslahatan keluarga-keluarga yng dulu berjuang mempertahankan tanah airnya. Semoga mereka baik-baik saja. Sampai kapan terus berulang?" tanya Alissa Wahid.
Permasalahan Desa Wadas sendiri sudah diketahui sudah dimulai sejak tahun 2016. Pemerintah berencana akan mengeruk tambang dari tanah desa untuk membangun bendungan di Bener.
Namun, tidak semua warga setuju dengan pembangunan tersebut. Pada tahun 2021, beberapa kali warga Desa Wadas bentrok dengan polisi untuk menolak proyek pemerintah. Kali ini dapat dikatakan peristiwa yang paling besar.
Baca Juga: Ribuan Polisi Kepung Desa Wadas Purworejo dan Tangkap Puluhan Warga Hingga Suasana Mencekam
Ganjar Pranowo sendiri sudah memberi klarifikasi, polisi yang datang ke Desa Wadas bertujuan untuk mengamankan ketertiban masyarakat selama tiga hari ke depan, saat pengukuran tanah.
Ganjar menegaskan, situasi di Desa Wadas saat ini masih aman dan terkendali.
Sementara itu, kasus lahan Bandara Kulon Progo yang sempat disinggung Alissa Wahid, sempat terjadi pada tahun 2018. Penolakan dari warga atas diambilnya tanah mereka berakhir, ketika bangunan rumah dihancurkan dengan alat berat.
Mereka tidak berdaya saat satu per satu rumah yang didiami puluhan tahun rata dengan tanah, sebelum masalah ganti rugi dan kepemilikan lahan terselesaikan. ***