Rocky Gerung memaparkan, ada standar internasional dalam menjalani karantina, termasuk diskresi bagi para pejabat di setiap negara. Namun, ia menilai bahwa diskresi di Indonesia irasional.
“Tentu saja ada standar internasional, tapi motifnya beda-beda di setiap negara. Negara-negara yang tahu bahwa pejabat itu ada urgensinya, ya sudah dibikin prosedur yang jalur cepat supaya birokrasi nggak macet,” kata Rocky Gerung, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Rabu, 29 Desember 2021.
“Bayangkan kalau separuh dari kabinet pulang dari karantina, terus dikarantina sepuluh hari, ya macet lah Indonesia. Ada diskresi itu, tapi itu diskresi rasional. kalau di sini diskresi internasional,” lanjutnya.
Baca Juga: Fadli Zon Ikut Nimbrung Saat Susi Pudjiastuti Pertanyakan ke Luhut Pandjaitan Soal Karantina Mandiri
Mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia menuturkan, lembaga-lembaga negara kini bercitra buruk di mata publik, sehingga setiap keterangan dari Istana hanya dianggap sebagai lelucon.
Karenanya ia mengatakan, skor ‘pertandingan’ antara Susi dan Luhut pun sudah bisa diprediksi. Menurutnya, publik akan berpihak kepada Susi.
“Pertandingan antara Susi dan Luhut, itu kita skornya sudah tahu bahwa publik pasti akan pro Susi itu tuh,” ujarnya.
Salah seorang pendiri Setara Institute itu menduga, akal-akalan ini akan terus berlanjut hingga pemindahan ibukota negara.
Hal tersebut dinilainya sengaja dilakukan untuk menggiring opini publik menjelang pengesahan RUU Ibukota Negara.***