Tunda Pembuatan Sumur Resapan, Dokter Alumni FKUI Kumpulkan 5000 Tanda Tangan Petisi

- 30 November 2021, 09:51 WIB
Sumur resapan yang dipermasalahkan dokter alumni FKUI untuk ditunda karena akan menjadi sarang nyamuk
Sumur resapan yang dipermasalahkan dokter alumni FKUI untuk ditunda karena akan menjadi sarang nyamuk /change.org/

SEPUTARTANGSEL.COM- Pembuatan sumur resapan di DKI Jakarta yang digagas Gubernur Anies Baswedan menuai pro dan kontra di masyarakat. 

Sumur resapan yang dibagun di badan jalan di DKi Jakarta menghabiskan dana hingga ratusan miliar dianggap tak mampu menanggulangi banjir di Jakarta. 

Beberapa dokter senior alumni Universitas Indonesia (UI) juga meminta Pemprov DKI Jakarta melakukan penundaan pembangunan sumur resapan. 

Mereka mengumpulkan tanda tangan petisi melalui change.org sebanyak 5000 tanda tangan agar Pemprov DKI Jakarta Tunda Pembuatan Sumur Resapan. 

Baca Juga: Bintang Barcelona Alexia Putellas Tampil Cantik di Acara Penghargaan Ballon dOr 2021

Petisi yang dimulai pada 28 November 2021, itu menyebut pembuatan sumur resapan akan menjadi tempat sarang nyamuk lebih berkembang di Jakarta. 

Hingga 30 November 2021 telah terkumpul 3531 tanda tangan.  

"Kami dokter-dokter senior alumni FK UI tidak ingin membahas dari segi keindahan, manfaat pengurangan banjir, dll. Tapi dari segi kesehatan," tulisnya di change.org.

Dijelaskannya, sumur resapan itu mengandung air, dan memang itu tujuannya. Air bisa meresap perlahan, bisa lama. Pada foto terlampir terlihat air yang penuh, meski sudah sehari tidak hujan.

Pada tutup dari sumur resapan, ada lubang-lubang, berjumlah 12, dengan diameter sekitar 5 cm, untuk masuknya air. Itu dapat merupakan jalan untuk masuk keluarnya nyamuk.

Baca Juga: Pria Arab Saudi Pembunuh Istri di Cianjur Diduga Psikopat, Polisi: Dijejalkan Air Keras ke Mulut Korban

Lubang mungkin dari atas, mungkin dari samping. Tapi harus ada lubang yang cukup besar, sangat cukup untuk nyamuk masuk.

"Maukah kita diberi peternakan nyamuk di depan rumah kita? Nyamuk dapat merupakan nyamuk biasa, Culex, ataupun Aedes (penyebar demam berdarah dengue) atau jenis lainnya," tulis Prof. Sudomo.

"Selama dua tahun ini kita hanya bicara soal Covid dan seolah-olah lupa pada pembunuhan karena nyamuk DBD. 

"Karena itu, demi kesehatan dan keselamatan rakyat Jakarta, kami para dokter senior alumni FK UI meminta agar program dengan model yang sekarang ini ditunda. Hentikan segera sebelum DBD membunuh banyak anak dan orang dewasa di Jakarta. Pelajari dulu pengaruhnya terhadap kesehatan," tutupnya. ***

Editor: Tining Syamsuriah


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah