Putri Soekarno Yakin G30S Ulah Amerika Serikat, Inggris, dan Australia: CIA Terus Mengawasi Mulai Tahun 1950an

- 8 November 2021, 11:47 WIB
Putri Soekarno, Kartika Soekarno yakini G30S sebagai ulah Amerika Serikat dan para sekutunya
Putri Soekarno, Kartika Soekarno yakini G30S sebagai ulah Amerika Serikat dan para sekutunya /Instagram/@kartikasoekarnofoundation

SEPUTARTANGSEL.COM - Putri Presiden pertama RI Soekarno bersama Ratna Sari Dewi, Kartika Soekarno meyakini bahwa peristiwa G30S yang terjadi pada tahun 1965 merupakan ulah Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.

Putri Soekarno itu mengatakan, keyakinannya tersebut berasal dari sejumlah dokumen yang baru-baru ini dibuka.

Kartika mengungkapkan, dia menemukan bahwa CIA terus mengawasi Soekarno sejak tahun 1950an.

Baca Juga: Putri Soekarno Ungkap Penderitaan Usai Sang Ayah Meninggal: Karena Soeharto, Saya Tidak Dapat Melihatnya Hidup

"Nasib tragis ayah saya dialami oleh jutaan orang Indonesia yang hidupnya dihancurkan oleh kudeta militer berdarah tahun 1965, yang saya yakini didukung oleh pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Dari dokumen-dokumen yang baru-baru ini dibuka, kami menemukan bahwa, mulai tahun 1950an, CIA terus mengawasi Soekarno," kata Kartika, dilansir SeputarTangsel.com dari The Guardian pada Senin, 8 November 2021.

Pada tahun 1965, Inggris diduga menghasut pembunuhan massal dengan dalih bahwa orang-orang komunis bertanggung jawab atas pembunuhan enam jenderal TNI. Di antaranya adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, dan Mayjen TNI Siswondo Parman.

Menurutnya, Soekarno tahu bahwa keenam jenderal tersebut tidak dibunuh oleh komunis. Dia bahkan menyebut sang ayah telah melihat maksud pemerintah Inggris dan Amerika Serikat untuk menggulingkannya.

Baca Juga: Fadli Zon Tolak Keinginan Megawati soal Patung Soekarno: Perjuangan Kemerdekaan Bukan Milik Soekarno Sendiri

"Ayahku tahu komunis tidak membunuh enam jenderalnya, dia juga tahu maksud pemerintah Inggris dan Amerika untuk melihatnya digulingkan," ujarnya.

Halaman:

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Sumber: The Guardian


Tags

Terkait

Terkini

x