Meski kini sudah berusia 54 tahun, Kartika mengaku belum dapat melupakan penderitaan karena memikirkan tahun-tahun di mana ayahnya merasa kesepian selama menjadi tahanan rumah.
Selama itu pula, perawatan medis Soekarno ditolak dan suaranya diredam. Bahkan, sang Proklamator dilarang berkomunikasi dengan anggota keluarganya sendiri.
Sementara itu, Soeharto telah menguasai media massa dan ayahnya.
Lebih lanjut, Kartika menyebut pemerintah Inggris berutang permintaan maaf kepada sang ayah. Dia mengatakan, pemerintah Inggris menginginkan penghapusan Soekarno karena kepentingan bisnisnya, sama seperti apa yang dilakukan Amerika dan sekutu mereka di Indonesia.
Dia menilai, Soekarno telah membuat Inggris marah dengan meluncurkan "konfrontasi" berupa kampanye perbatasan militer terbatas untuk menunjukkan penentangan Indonesia terhadap Malaysia yang baru dibentuk.
Kartika mengungkapkan, hal tersebut dilihat Soekarno sebagai ancaman kolonial.
Menurutnya, nasib tragis bukan hanya dialami oleh Soekarno, tetapi juga jutaan orang Indonesia yang dihancurkan oleh kudeta militer berdarah pada tahun 1965.
Dia meyakini hal itu didukung oleh pemerintah Amerika, Inggris, dan Australia berdasarkan dokumen-dokumen yang baru dibuka kembali.***