SEPUTARTANGSEL.COM - Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait tes PCR dan deforestasi banyak tuai kritik.
Menanggapi hal ini, Politisi Partai Demokrat Cipta Panca pun angkat suara. Dia mengatakan, kini banyak pendukung fanatik Jokowi yang sudah mulai ikut mengkritik kebijakan pemerintah.
Menurut Cipta Panca, hal ini dapat membuat Jokowi pelan-pelan ditinggal oleh para pendukungnya.
Baca Juga: Forest Watch Indonesia Bantah Klaim Jokowi di KTT G20, Nicho Silalahi: Ngibulnya Go Internasional
"Banyak orang yang dulu pendukung fanatik pak Jae pelan2 mulai misuh2 di TL. Karena kebijakan pak Jae soal PCR dan soal hutan yang ambigu. Emang di masa pemerintahan kedua biasanya pelan2 presiden itu bakal ditinggal pendukungnya. Sebentar lagi banyak yang lompat pagar," kata Cipta Panca, dikutip SeputarTangsel.com dari akun Twitter @panca66 pada Kamis, 4 November 2021.
Cipta Panca bahkan menyamakan mantan Wali Kota Solo itu dengan bebek yang lumpuh.
Dia menilai, pada akhir tahun 2023 mendatang, orang-orang sudah mulai sibuk dengan calon presiden barunya, termasuk para pendukung fanatik Jokowi.
"Kalau dalam istilah Jawanya, presiden lame duck. Bebek lumpuh. Kita lihat aja nanti di penghujung 2023 orang sudah sibuk dengan capres barunya. Termasuk orang2 yang sekarang membela mati-matian," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Uda Panca itu memaparkan, isu lingkungan dan deforetasi merupakan isu seksi di kalangan kelas terdidik perkotaan dan anak muda milenial.
Menurutnya, pernyataan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar yang blunder sangat merugikan pemerintahan Jokowi ke depan.
Karenanya, Cipta Panca pun mengimbau agar ke depannya para menteri Jokowi lebih berhati-hati dalam memberikan pernyataan.
"Isu lingkungan dan deforestasi misalnya, menjadi isu yang seksi di kalangan kelas terdidik perkotaan dan anak muda milenial. Dengan statemen Menteri LHK yang blunder seperti itu, pasti sangat merugikan pemerintahan pak Jae ke depan. Harusnya menteri2nya hati bikin statemen," tegasnya.
Lebih lanjut, dia juga menyoroti menteri-menteri Jokowi yang terlibat dalam bisnis PCR. Salah satunya adalah Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Menurutnya, harga PCR yang mahal dan sering berubah-ubah telah membuat masyarakat sakit hati.
"Belum lagi soal menterinya berbisnis PCR, korbannya banyak warga kota terdidik. Mereka ini yang tadinya mendukung mulai misuh2. Bayangkan sekali tes PCR di awal bisa kena hampir 2 juta. Ternyata harganya bisa turun sampai 300 ribu. Apa nga sakit hati?" tuturnya.
Selain itu, Cipta Panca juga mengomentari sikap Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan para buzzer yang dianggapnya telah memaki warga yang dirugikan.
Dia menilai, hal tersebut dapat menambah sakit hati masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi.
"Terus orang di hadapkan sama pernyataan jubir seperti Ngabalin atau buzzeRp yang malah memaki warga yang sudah dirugikan. Tambah sakit hati lagi. Yang untung siapa, yang dimarahin siapa?" pungkasnya.***