Baca Juga: Sherina Prihatin Anjing Canon Dibunuh, Dokter Eva: Yuk, Lah Jangan Sok Gaduh
Ia juga menjelaskan, umumnya penyebab gempa swarm antara lain berkaitan dengan transpor fluida, intrusi magma, atau migrasi magma yang menyebabkan terjadinya deformasi batuan bawah permukaan di zona gunung api.
"Tectonic swarm umumnya terjadi karena adanya bagian sesar yang mengalami rayapan (creeping) sehingga mengalami deformasi aseismik atau bagian/segmen sesar yang tidak terkunci (locked) bergerak perlahan seperti rayapan (creep)," lanjutnya.
Wilayah Ambarawa berdekatan dengan jalur Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening dan Sesar Ungaran.
Dugaan tektonik swarm tampak dari bentuk gelombang geser (shear wave) yang sangat jelas dan nyata menggambarkan adanya pergeseran 2 blok batuan secara tiba-tiba.
Selain berkaitan kawasan gunung api, gempa swarm juga dapat terjadi di kawasan nonvulkanik (aktivitas tektonik murni), meski kejadiannya jarang.
"Swarm dpt tjd di zona sesar aktif atau kawasan dgn karakteristik batuan rapuh sehingga mudah terjadi retakan," terang Daryono.
Gempa swarm bukan sekali ini terjadi di Indonesia. Beberapa fenomenanya pernah terjadi di antaranya di Klangon, Madiun pada Juni 2015; Jailolo, Halmahera Barat pada Desember 2015; dan Mamasa, Sulawesi Barat pada November 2018. ***