Ratusan Sekolah Dasar Dilaporkan Jadi Klaster Covid-19, Profesor Zubairi Djoerban: Ini yang Dikhawatirkan

- 23 September 2021, 09:28 WIB
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban. /Foto: Instagram/profesorzubairi/

SEPUTARTANGSEL.COM -Seiring menurunnya angka penularan Covid-19 di Indonesia, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah kembali digelar di beberapa sekolah di setiap daerah.

Akan tetapi dengan dimulainya kembali PTM, tidak sedikit yang mencatat terjadinya klaster baru di lingkungan sekolah.

Menurut catatan dari Kemendikburistek per 20 September 2021, dari 46.500 sekolah, sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah yang melaporkan adanya klaster Covid-19.

Baca Juga: 90 Siswa SMPN 4 Mrebet Positif Covid-19, Ganjar Pranowo Minta PTM di Purbalingga Batal

Hal tersebut mendapat perhatian dari Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI Profesor Zubairi Djoerban.

Melalui cuitan di akun media sosialnya, Zubairi lebih mengkhawatirkan siswa berusia di bawah 12 tahun yang berisiko terinfeksi karena masih belum mendapatkan perlindungan vaksin.

"Ini yang dikhawatirkan. Apalagi siswa di bawah 12 tahun --yang akan menghadapi peningkatan risiko infeksi tanpa perlindungan vaksin," cuit Zubairi dikutip SeputarTangsel.com dari akun Twitter @ProfesorZubairi pada Kamis, 23 September 2021.

Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Para Kepala Sekolah Segera Jalankan PTM Terbatas

Selain itu, Zubairi juga berharap kepada pemerintah agar sudah mempunyai formula untuk mengantisipasi hal tersebut, sehingga fasilitas kesehatan nantinya tidak akan dibanjiri oleh anak-anak.

"Semoga kita punya mitigasi untuk ini sehingga fasilitas medis tidak dibanjiri anak-anak. Jangan buru-buru. Sabar," ungkapnya.

Cuitan dari Profesor Zubairi pun mendapatkan berbagai macam komentar dari para netizen.

"Di Sekolah Dasar anak sya belum sepenuhnya masuk sekolah prof, cuma 2 hari tatap muka disekolahan dgn durasi waktu 3 jam dan kapasitas siswa 50% dr jumlah keseluruhan siswa perkelas. Di SD Muhammadiyah 2 Samarinda," komen akun @Wa2n_SMR989.

"Perlu Uji Proporsi kah?, Secara jumlah SD (dan Siswanya?) Jauh melebihi Sekolah-sekolah lain," tulis akun @BetaEpsilonPhi.

Baca Juga: Tinjau PTM Hari Pertama Tangsel, Benyamin Davnie: Minggu Depan Tatap Muka untuk Tingkat SD, TK, dan PAUD

"Terus apa strategi kesehatan nya? Apakah 10 tahun atau 20 tahun lagi kita harus terus PPKM?" ujar akun @Svanista.

"Yg disebutkan datanya diberita itu dari smp, sma, smk, tdk disebutkan sd dan kebanyakan gurunya dan sebagian murid, harusnya mereka sudah divaksin kan prof," kata akun @Pagi_Baru.

"Izin Prof, barangkali dalam pelaksanaan vaksinasi untuk siswa pelajar sebaiknya didampingi orangtua/wali yang mengetahui riwayat sakit anak. Dari dua kasus fatal vaers yg diberitakan, sebabnya diduga adanya riwayat sakit sebelumnya, bukan akibat langsung vaksin," ungkap akun @pigiwipuskismin.

Baca Juga: Kabar Baik, PTM Tangsel Dibuka untuk 154 SMP Negeri dan Swasta Pekan Ini  

Sebagai informasi, jumlah terbanyak terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah yaitu berada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2,78 persen atau 581 SD.

Sementara itu, untuk klaster Covid-19 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 241 sekolah dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 107 sekolah.

Dari 581 klaster di lingkungan Sekolah Dasar (SD), sebanyak 3.174 guru dan tenaga kependidikan positif Covid-19, sedangkan siswa yang positif sebanyak 6.908 orang.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum


Tags

Terkait

Terkini