RI Keluar Dari Jeratan Resesi, Yan Harahap: Mau Klaim Berapa Pun Tak Bisa Ganti Ratusan Nyawa Korban Covid-19

- 6 Agustus 2021, 10:53 WIB
Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap.
Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap. /Twitter.com/@YanHarahap.

SEPUTARTANGSEL.COM  - Kabar baik datang dari ekonomi Indonesia yang telah berhasil keluar dari masa resesi.

Bagaimana tidak, pada kuartal II 2021 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia telah menyentuh angka 7,07 persen.

Atas keberhasilan pemerintah dalam mengembalikan situasi ekonomi Indonesia yang sempat minus menjadi angka positif 7,07 persen itu pun mendapatkan komentar dari sejumlah pihak.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 7,07 Persen Lepas dari Resesi, Andi Arief Ucapkan Selamat Kepada BPS

Salah satunya datang dari seorang politisi Partai Demokrat Yan Harahap melalui cuitan akun Twitter pribadinya.

Menurut Yan Harahap, meski pemerintah memberikan klaim atas pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II ini pun tidak dapat menggantikan ratusan nyawa rakyat yang meninggal dunia akibat pandemi Covid-19.

"Mau klaim berapa persen pun pertumbuhan ekonomi di Q2 ini, takkan bisa menggantikan ratusan ribu nyawa rakyat yang meninggal akibat Covid." ujar Yan Harahap, seperti dikutip SeputarTangsel.com  dari akun Twitter @YanHarahap pada Jumat, 6 Agustus 2021.

Baca Juga: Data Statistik Sebut Indonesia Keluar dari Resesi, Rachland Nashidik: Dibayar 100 Ribu Nyawa, Patut Dirayakan?

Selain itu, pertumbuhan ekonomi tidak dapat ditukar dengan nyawa maupun kesehatan rakyat.

"Nyawa maupun kesehatan rakyat tak bisa ‘di trade-in’ dengan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Seperti yang diketahui, pencapaian pertumbuhan Indonesia menjadi 7,07 persen year on year (yoy) itu telah sesuai dengan target presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: POPULER HARI INI: Indonesia Memasuki Resesi Hingga Bebas Denda Pajak Kendaraan di Banten

Hal ini telah disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers pada Kamis, 5 Agustus 2021.

Menurut Margo Yurwono, adanya ledakan pada konsumsi rumah tangga dan investasi yang memiliki pengaruh besar atas pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Sebelumnya, sejak tahun 2020, pertumbuhan Indonesia harus dihadapi kenyataan pahit karena memasuki resesi dalam kurun waktu 4 kuartal secara berturut-turut.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum


Tags

Terkait

Terkini

x