Baca Juga: Tinjau Vaksinasi Seniman, Presiden: Pandemi Masih Ada, Kita Harus Eling dan Waspada
Baca Juga: TNI: Vaksin Nusantara Sudah Mengikuti Kaidah Ilmiah
“Taman Mini dibangun dengan disertai protes, serangkaian protes yang dihentikan dengan kekerasan. Para mahasiswa, bersama sejumlah warga negara, menganggap rencana ambisius itu membuang-buang uang negara 10,5 milyar (nilai rupiah di awal 1970-an), untuk sesuatu tanpa manfaat jelas bagi rakyat di pelosok-pelosok,” tulis Goenawan.
Goenawan mengenang di balik keindahan miniatur yang ditawarkan pemerintah di dalamnya terdapat ratusan korban yang dibungkam secara paksa dan penganiayaan yang dilakukan aparat terhadap mahasiswa.
“Dengan brutal protes dihentikan. Mahasiswa yang ikut dalam aksi menentang diserang pasukan setengah gelap. Ada yang terluka bacok, ada yang terluka tembak, beberapa orang ditahan, termasuk Arief Budiman. Protes itu gagal. TMII dengan lancar dibangun,” sambungnya.
Baca Juga: Asyik, Mulai 1 Mei Liga Italia Boleh Dihadiri Penonton di Stadion
Baca Juga: Selamat, Kabar Bahagia Dari Penyanyi Kondang Malaysia Siti Nurhaliza!
Meskipun TMII sudah menghibur jutaan orang dan menjadi ikon kebanggaan negara pada era Orde Baru hingga sekarang, Goenawan tetap tak memiliki niat untuk pergi ke sana.
“Tentu, sejak itu ia telah menghibur jutaan orang. Tapi saya tetap tak ingin ke sana.” katanya.***