Luhut Jawab Soal PCR di Podcast Deddy Corbuzier: Silakan Audit, Kalau Ternyata Gue Gak Ngambil Gue Tumbuk Ya

10 November 2021, 16:04 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan jawab soal PCR /Tangkapan layar Podcast Deddy Corbuzier/

 

SEPUTARTANGSEL.COM- Ramai dikaitkan dengan bisnis PCR akhirnya Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkannya di Podcast Deddy Corbuzier. 

Pada tayangan berjudul 'Gue Nanya, Gue Jantungan!! Luhut Binsar Pandjaitan-PCR' yang tayang pada 10 November 2021. 

Dalam perbincangannya Luhut menceritakan awal keterlibatannya dikaitkan dengan PCR.

"Karena saat itu Seto (Septian Hario Seto-red) waktu itu Komisaris BNI, PCR di rumah sakit itu harganya Rp6 jutaan," buka Luhut. 

Baca Juga: 5 Selebritis Dunia Ini Pernah Terlibat Skandal Seksual: Ada yang Dituduh Perkosa 4 Perempuan Sekaligus!

Dari situlah kemudian Luhut mengaku berusaha mencari PCR. Dari beberapa tempat, hingga ke Eropa.

"Saya tanya teman di Cina ada harganya lebih paling murah," tambahnya. 

Saat ditanya Deddy Corbuzier apa benar ada company-company yang mencari untung tinggi?

"Saya gak tahu persis. Hanya saya selalu ngomel kenapa harga gak bisa diturunin lagi," jawab Luhut. 

"Sama kayak obat, seratus juta lho Pung," timpal Deddy Corbuzier. 

Luhut pun menjelaskan bahwa soal harga tak bisa dibandingkan dengan saat caos pandemi lalu. 

Baca Juga: Menyoal Permendikbud Ristek No 30 Tahun 2021, Dokter Eva: Tak Ada Tempat Bagi Sex Bebas

"Kamu tak bisa membandingkan dengan situasi yang caos. Setiap keputusan yan saya buat pasti BPKP cek dulu," jelas Luhut. 

Ketika ditanya soal keuntungan dan tuduhan mengambil untung saat pandemi Luhut pun menjawab santai. Semua yang dilakukan karena kemanusiaan. 

"Waktu ramai-ramai itu Seto bilang ke saya, kita bantu aja alat-alat. Lalu minta ke Perusahaan saya. Saya hanya kasih duit gak tahu mereka belinya berapa," aku Luhut.

"Saya sdh nyumbang, sudah ngerjain, dibully lagi," kekehnya. 

Ditanya soal audit Luhut juga menjelaskan siap diaudit.

Baca Juga: Sinopsis Web Drama TREASURE 'The Mysterious Class', Kisah Teror Hantu di Sekolah

"Audit aja, ngapain ramai-ramai nyumpahin. Tapi kalau dia audit janjian dulu ya, kalau ternyata gue gak ngambil gue tumbuk ya. Masih kuat walau 70 tahun," kekeh Luhut. 

Luhut menjelaskan dirinya dan pengusaha yang ada di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) tak mengambil keuntungan. Tetapi keuntungan itu dikelola lagi.  

"51 persen keuntungan mereka untuk membeli barang lagi. Diputar lagi gak ada devidennya. Untuk menolong orang-orang yang susah," papar Luhut.  

"Ini masalah kemanusiaan, bagaimana mengambil untung.  Perusahaan saya cukup bagus kok. Cukuplah pensiunan tentara punya gitu sudah cukup," tutupnya. ***  

 

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler