Banjir Kalimantan Selatan Akibat Kondisi Infrastruktur Ekologis Tak Memadai

19 Januari 2021, 23:30 WIB
Warga menggunakan sampan sebagai transportasi saat banjir di Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin pada Jumat, 15 Januari 2021. /Foto: Antara / Syamsuddin Hasan/

SEPUTARTANGSEL.COM – Daerah lokasi banjir di daerah aliran Sungai Barito di Kalimantan Selatan memiliki kondisi infrastruktur ekologis yang tidak lagi memadai.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PPKL KLHK) Karliansyah dalam konferensi pers daring pada Selasa, 19 Januari 2021.

Dia mengatakan,"Lokasi banjir berada di sepanjang alur daerah aliran Sungai Barito di mana memang dari evaluasi yang ada kondisi infrastruktur ekologisnya yaitu jasa lingkungan pengatur air, sudah tidak memadai.”

Baca Juga: Tinjau Bencana Alam di Kalsel, Jokowi Ungkap Penyebab Utama Banjir Bandang

Baca Juga: Wakil Ketua DPR RI Menyetujui dan Mendukung Perpres Pencegahan Ancaman Ekstrimisme

Kondisi tersebut membuat daerah yang dimaksud tidak mampu lagi menampung aliran air masuk.

Daerah aliran Sungai atau DAS Barito di Kalimantan Selatan melingkupi wilayah seluas 1,8 juta hektare (ha), dari total 6,2 juta luasnya, dengan mayoritas penduduk tinggal di wilayah tersebut.

Data KLHK per 2019 memperlihatkan bahwa daerah luas hutan di area itu adalah seluas 18,2 persen dari wilayah DAS Barito Kalimantan Selatan. Sisa luasannya didominasi pertanian lahan kering sebesar 21,4 persen, sawah 17,8 persen dan perkebunan sebesar 13 persen.

Baca Juga: Hingga 17 Januari, 10 Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan Terendam Banjir

Baca Juga: Presiden Jokowi di Lokasi Pengungsian Gempa Sulawesi Barat, Janjikan Bantuan Untuk Perbaikan Rumah

KLHK juga mencatat penurunan luas hutan alam sejak 1990 sampai dengan 2019 sebesar 62,8 persen. Dengan penurunan luas hutan terbesar terjadi pada periode 1990 sampai 2000.

Luas hutan pada 1990 di daerah itu adalah 803.104 ha sedangkan di 2019 tinggal tersisa 333.149 ha. Sementera luasan kawasan nonhutan pada 1990 tercatat mencapai 1.025.542 ha yang kemudian bertambah menjadi 1.495.497 ha pada 2019.

Namun, Karliansyah mengatakan terdapat faktor lain penyebab banjir besar di sana saat ini seperti anomali cuaca di daerah tersebut dengan tercatat curah hujan mencapai 461 milimeter (mm) pada 9 hingga 13 Januari. Angka itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata curah hujan bulanan yang hanya mencapai 394 mm di wilayah itu pada Januari 2020.

Baca Juga: Tinjau Banjir Bandang Kalsel, Hari Ini Jokowi Bertolak ke Banjarmasin

Baca Juga: Mensos Tri Rismaharini Bangun Dapur Umum untuk Para Pengungsi Banjir Bandang di Jember

Hal itu membuat 2,08 miliar meter kubik (m3) volume air masuk ke DAS Barito di Kalimantan Selatan dengan kapasitas normal sungai hanya mencapai sebesar 238 juta m3.

Akibatnya sistem drainase tidak mampu mengalirkan air dengan volume yang besar dengan daerah banjir berada di pertemuan dua anak sungai. Selain itu, daerah itu juga merupakan wilayah datar dan elevasi rendah sehingga menjadi daerah akumulasi air dengan tingkat drainase rendah.

Karliansyah juga menyoroti bagaimana beda tinggi hulu dan hilir sangat besar, sehingga suplai air dari hulu dengan volume besar menyebabkan waktu konsentrasi air berlangsung cepat dan menggenangi dataran banjir. Seperti dilansir Seputartangsel.com dari Antara.

Baca Juga: Kalimantan Selatan Banjir Hingga 2 Meter. BMKG Sarankan Tetap Waspada Hingga Februari

Baca Juga: BNPB: Sebanyak 900 Jiwa Terdampak Banjir Bandang Mengungsi di Wisma PTPN 8 Gunung Mas

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai KLHK Saparis Soedarjoto mengatakan permasalahan lain yang ada di lokasi banjir Kalimantan Selatan saat ini adalah profil wilayah yang membuat air tidak bisa mengalir dengan baik.

"Karena relatif datar, artinya tidak mudah teraruskan," kata Saparis Soedarjoto.

Saparis Soedarjoto menyebutkan bahwa KLHK berusaha melakukan rehabilitasi lahan kritis yang ada di kawasan tersebut. Namun demikian, dirinya menyebut curah hujan di atas normal memang menjadi faktor utama penyebab banjir di daerah itu saat ini.

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler