Punya Cadangan Energi Melimpah, Indonesia Masih Hobi Impor Listrik dari Malaysia

13 Januari 2021, 20:42 WIB
Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). /ebtke.esdm.go.id/Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

SEPUTARTANGSEL.COM - Program mandiri energi yang dicanangkan pemerintah untuk memiliki suplai listrik 35.000 MW agar memenuhi kebutuhan listrik masyarakat rupanya tak semanis harapan.

Nyatanya, Indonesia masih impor listrik hingga saat ini padahal sumber daya energi di bumi pertiwi sangatlah banyak. Hal ini dijelaskan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan rasio impor listrik Indonesia 0,54%.

Rasio ini diklaim sebagai tingkat kemandirian energi, khususnya listrik. Kementerian ESDM tak memungkiri hal tersebut dan paparan ini perlu dijelaskan ke masyarakat.

Baca Juga: Pemilik Data Berhak Meminta Atas Salinan Data Pribadi Yang Dikendalikan Korporasi

Baca Juga: Hari ini Dimulai Vaksinasi Covid-19 Disambut Melonjaknya Kasus Hingga 11.278

"Ini perlu kami jelaskan bahwa fenomena ini adalah salah satu indikator yang sesuai kesepakatan kami Pak Sekjen, Pak Ego melalui Biro Perencanaan. Temuan ini untuk mengukur tingkat kemandirian kita terhadap energi dalam hal ini listrik. Adakah sebagian yang listrik yang dikonsumsi dalam negeri itu di antaranya datang dari luar negeri, nyatanya ada," paparnya dalam teleconference, Rabu 13 Januari 2021.

Kementerian ESDM mengatakan bahwa program impor listrik tersebut merupakan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Malaysia. Listrik tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan Barat yang belum bisa dipenuhi oleh pemerintah.

"Kita kerja sama bilateral dengan Malaysia, tepatnya Serawak sana, lebih khusus lagi Kalimantan Barat yang secara bilateral G to G, tentu pelaksananya adalah korporasi BUMN kelistrikan PLN dan di Malaysia Sesco yang kerja sama untuk jual beli listrik atau ekspor impor listrik," terangnya.

"Untuk tahap sekarang karena kerja sama tersebut dibagi beberapa tahap, untuk tahap awal sekarang kita sebagian impor dan impornya kalau dibandingkan dengan total yang kita konsumsi itu kurang lebih 0,54%," sambungnya.

Dalam satuan megawatt (MW), Rida menjelaskan bahwa angka 0,54% itu sekitar 100-120 MW.

"Itu kalau diperkirakan di megawatt-nya itu berkisar 100-120 MW," terang Rida.

Baca Juga: Eks Investigator KNKT Menduga Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 Bukan Karena Faktor Cuaca

Baca Juga: Arif Budiman Dipecat dari Ketua KPU Dianggap Tidak Bisa Menempatkan Diri

Untuk mengatasi ketergantungan impor dia berharap agar pembangkit listrik di sekitar Kalimantan Barat segera rampung, sehingga situasinya bisa berubah di mana Indonesia bisa mengekspor listrik.

"Mudah-mudahan nanti dalam waktu tidak begitu lama kalau sekiranya pembangkit di sekitar Kalimantan Barat itu sudah selesai maka pada saatnya kita akan mengembalikan situasi yaitu mengekspor listrik dari Indonesia ke Malaysia dengan jalur yang sama," terangnya.***

Editor: Fandi Permana

Tags

Terkini

Terpopuler