Waspada Resiko MIS-C Pada Anak Terpapar Covid-19

- 17 Februari 2022, 17:26 WIB
Penyakit MIS-C yang diduga penyakit terkait Covid-19 telah menjangkiti ribuan anak di AS yang membuat para ilmuwan bingung.
Penyakit MIS-C yang diduga penyakit terkait Covid-19 telah menjangkiti ribuan anak di AS yang membuat para ilmuwan bingung. /REUTERS/Ivan Alvarado

Kemudian, sebagai tindakan antisipatif, untuk berjaga-jaga, ada sejumlah kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan yang perlu disiapkan selama perawatan di rumah antara lain, obat penurun panas, termometer, Oximetry dan tensimeter. “Itu jika anak memang terbukti positif Covid-19,” katanya

"Termometer, Oximetry dan tensimeter harus ada untuk memonitor kita terutama ketika terinfeksi, jadi jangan menganggap bahwa anak tidak bisa sesak, dan jangan lupa nomor dokter yang dikenal atau melalui telemedicine, " tuturnya.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Saraf Kejepit, Kapan Perlu Operasi?

Untuk perlindungan, di masa pandemi saat ini orang tua juga disarankan untuk memberikan asupan vitamin D yang cukup guna menguatkan sistem imun. Sebab, dari penelitian yang dilakukannya, satu dari tiga anak Indonesia diketahui mengalami defisiensi vitamin D.

Pengobatan MIS-C dianggap sebagai sindrom, yaitu sekelompok tanda dan gejala, bukan sebagai penyakit. Pasalnya masih banyak yang belum diketahui tentang kondisi tersebut, termasuk faktor risiko dan penyebabnya.

Penelitian MIS-C

Dilansir dari mayoclinic.org, gejala dan tanda MIS-C pada anak-anak dan remaja di antaranya ialah nafas cepat, mata merah, demam lebih dari 24 jam, muntah diare, ruam kulit, sakit kepala, kelenjar getah bening membesar hingga pembengkakan di kaki dan tangan.

Baca Juga: Ternyata Begini Rasanya Tertular Omicron, Padahal Katanya Cuma Seperti Flu Biasa

Pada 2020, The New England Journal of Medicine merilis hasil riset temuan sindrom MIS-C pada anak di kalangan pasien covid-19 di Prancis, Spanyol, dan Inggris.

Salah satu peneliti, Profesor Pediatri dan Kesehatan Anak Internasional di Imperial College London, Michael Levin menyebutkan, riset menemukan keadaan konsisten yang muncul akibat sindrom tersebut, pada dua sampai empat minggu setelah terinfeksi virus korona.

Halaman:

Editor: Taufik Hidayat


Tags

Terkait

Terkini