Penyebab hipospadia belum diketahui secara pasti. Kemungkinan adanya kombinasi gen atau faktor keturunan. Selain itu, kondisi ibu saat hamil ikut mempengaruhi.
Baca Juga: PNS Dilarang Pergi ke Luar Kota Oleh Pemerintah, Ternyata Gara-gara Ini
Ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun, obesitas, ikut program kehamilan dengan teknologi, dan terapi hormon tertentu disinyalir mempunyai risiko melahirkan bayi laki-laki hipospadia.
Laman RSUI yang dikutip SeputarTangsel.Com menyebutkan, bahwa kelainan dapat dideteksi ketika bayi lahir.
Satu-satunya terapi yang disarankan untuk mengatasi masalah hipospadia adalah pembedahan. Ini dilakukan satu hingga beberapa kali, tergantung tingkat kelainan sedang, berat, atau ringan dan bisa dimulai ketika bayi berusia 3 bulan ke atas.
Baca Juga: Aprilia Manganang, Atlet Timnas Voli Putri Dipastikan Laki-laki, Kecurigaan Timnas Filipina Terbukti
Baca Juga: Enam Kader Pecatan Partai Demokrat Gugat AHY ke PN Jakarta Pusat
Tujuan pembedahan adalah mengoreksi lekukan pada penis, membentuk saluran kemih, dan menempatkan lubang di ujung penis jika memungkinkan.
Bayi dengan kondisi hipospadia diminta untuk tidak disunat. Penyunatan dapat menyebabkan kulit penis kembali terangkat. ***