Maulid Nabi Muhammad SAW Diperingati dengan Tradisi Cowekan di Pasuruan Jawa Timur

- 19 Oktober 2021, 11:55 WIB
Tradisi cowekan, cara warga Pasuruan, Jawa Timur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.*
Tradisi cowekan, cara warga Pasuruan, Jawa Timur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.* /Foto: Aimmatul Husna/Media Jawa Timur/

SEPUTARTANGSEL.COM - Hari ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1443 Hijriah. Tanggal 12 Rabiul Awal selalu diperingati umat Islam di penjuru bumi sebagai hari kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW.

Meski Nabi Muhammad sendiri tak pernah memerintahkan atau mencontohkan tata cara memperingati Maulid Nabi, umat Islam tetap memperingatinya sebagai ekspresi kecintaan kepada sosok uswah hasanah (teladan terbaik) itu.

Di berbagai tempat di Indonesia, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar dengan sentuhan budaya setempat.

Baca Juga: Ustadz Hilmi Firdausi Serukan Saling Hormati Antar Umat Terkait Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Salah satunya adalah yang digelar sebagian umat Islam di Pasuruan, Jawa Timur dengan tradisi Cowekan.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Media Jawa Timur, portal dalam jaringan Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), salah satu yang melaksanakan tradisi tersebut, adalah warga Desa Gajah, Pogar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.

Di sana, warga melaksanakan tradisi cowekan bersamaan dengan acara dibaan (pembacaan diba dan sholawat bersama) di masjid atau mushola pada sore dan malam hari.

Tradisi cowekan merupakan kegiatan bertukar cowek atau cobek berisi makanan antar warga.

Baca Juga: Hari Libur Maulid Nabi Muhammad SAW Diundur tetapi PPKM Dilonggarkan, Hidayat Nur Wahid: Main-main Lagi?

Cobek adalah wadah yang terbuat dari tanah liat. Masyarakat biasa menggunakannya untuk menghaluskan sambal atau tempat rempah-rempah.

Di Pasuruan, cobek dijadikan sebagai wadah berbagai makanan khas Maulid Nabi. Misalnya, nasi kuning, buah-buahan, kue tradisional, dan lain-lain.

Saat Maulid Nabi, cobek diisi dengan nasi beserta lauk-pauk dan dilengkapi dengan jajanan khas seperti bipang dan koya.

Baca Juga: Sindir Alasan Pemerintah Undurkan Libur Maulid Nabi Muhammad, Dokter Eva Sri Diana: Besok Aman, Virusnya Cuti

Cobek berisi makanan tersebut dibawa menuju mushola atau masjid untuk ditukarkan sesudah acara pembacaan diba selesai.

Menurut Shivaz, pemuda NU Pasuruan sekaligus Pembina Yayasan Sang Suropati, tradisi Cowekan memiliki filosofi yang dalam.

"Cowek itu kan dari tanah, unsur dasar kehidupan itu tanah, yang kemudian dibakar dan dikeraskan menjadi alat serbaguna. Itu gambaran bahwa manusia itu ditempa dengan ujian atau masalah, sehingga bisa menjadi manusia yang berkembang dan bermanfaat," ungkap Shivaz kepada Media Jawa Timur, Senin 18 Oktober 2021.

Baca Juga: Hari Libur Nasional Maulid Nabi Muhammad SAW Digeser, Dokter Eva: Kenapa Masih Ada Alasan Penularan Wabah?

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x