Sejarah Puasa Ramadhan Pertama, Bikin Putus Buntut Setan

- 3 April 2021, 20:56 WIB
ARSIP - Suasana iktikaf 10 hari terakhir Ramadan 1439 H di Masjid Raya Bani Umar, Bintaro, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
ARSIP - Suasana iktikaf 10 hari terakhir Ramadan 1439 H di Masjid Raya Bani Umar, Bintaro, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). /- Foto: Seputartangsel/Sugih Hartanto

Baca Juga: Politisi Benny K Harman Sebut Yesus Radikal di Twitter, Ferdinand Hutahaean: Saya Sedih Baca Cuitan Ini

Pertama kali mendapat perintah puasa penuh selama sebulan, Rasulullah Muhammad SAW berdialog dengan sahabat-sahabatnya.

“Maukah kalian kuberi tahu tentang sesuatu, yang mana jika kalian melakukannya, kalian akan dijauhkan dari setan sejauh jarak antara Timur dan Barat?” ucap Nabi Muhammad SAW

“Mau, beritahukanlah kepada kami,” sahut para sahabat, menjawab pertanyaan Rasulullah.

Baca Juga: Junta Militer Blokir Layanan Internet dan Komunikasi, Picu Situasi Kekerasan di Myanmar Semakin Memburuk

“Sesuatu itu adalah puasa. Puasa mampu menghitamkan wajah setan, sedangkan sedekah mampu mematahkan tulang punggung setan. Cinta karena Allah dan membantu orang-orang lain dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik mampu memutuskan buntut setan. Sedangkan memohon ampunan Allah dapat membelah tulang belakangnya. Bagi segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat tubuh adalah puasa,” jelas Rasullah Muhammad SAW.

Pertama kali dilaksanakan, puasa Ramadhan dilaksanakan mulai dari Isya hingga Maghrib keesokan harinya. Jadi kaum muslimin hanya diperbolehkan berbuka, makan, minum, dan melakukan hubungan suami istri hingga saat shalat Isya dan tidur.

Namun, praktik puasa yang demikian ternyata memberatkan. Allah kemudian menurunkan aturan berpuasa dalam surat Al Baqarah 187.

Baca Juga: Penjual Senjata ke Tersangka Teroris Mabes Polri, Zakiah Aini Ditangkap Polisi di Aceh

“... Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah