Tiongkok Marah, Pemimpin Tibet Resmi Masuk Gedung Putih

- 22 November 2020, 16:01 WIB
Lobsang Sangay, ketika memasuki Gedung Putih, Amerika Serikat
Lobsang Sangay, ketika memasuki Gedung Putih, Amerika Serikat /Foto: Instagram @lobsang.sangay/

SEPUTARTANGSEL.COM - Untuk pertama kalinya dalam enam dekade terakhir Presiden Administrasi Pusat Tibet, Lobsang Sangay, diundang ke Gedung Putih, Amerika Serikat.

Sejak menjabat pada 2011, dia bertemu dengan pejabat Gedung Putih lebih dari belasan kali dalam 10 tahun terakhir, tetapi di lokasi yang dirahasiakan.

Pertemuan di Gedung Putih pada Jumat, 20 November 2020, dinilai dapat membuka jalan yang lebih formal dengan pejabat Amerika Serikat di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga: Hore, Bantuan Kuota Internet Gratis dari Kemendikbud Cair, Simak Caranya

Baca Juga: Suara Gemuruh Terdengar Keras, Netizen Ribut Merapi Meletus

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Presiden Administrasi Pusat Tibet ditolak masuk ke Departemen Negara dan Gedung Putih dengan alasan pemerintah Amerika Serikat tidak mengakui pemerintahan Tibet di pengasingan.

Dikutip Seputartangsel.com dari Central Tibetan Administration bahwa kunjungan Jumat itu merupakan pengakuan atas sistem demokrasi di Tibet dan pemimpin politiknya.

Meskipun Lobsang Sangay mendekati akhir masa jabatannya tetapi dia tanpa lelah mengadvokasi Undang-Undang Kebijakan dan Dukungan Tibet 2019.

Baca Juga: Ridwan Kamil Naikan UMK 2021 Sebagian Wilayah Jabar, Ini Daftar Lengkapnya

Baca Juga: Gol Tunggal Bruno Fernandes Bawa MU Menang Atas West Brom

Perkembangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok pada sejumlah masalah.

Termasuk perdagangan, hak asasi manusia, perselisihan antara Beijing dan tetangganya, dan pandemi Covid-19.

Pertemuan Lobsang Sangay dengan pejabat Amerika Serikat memancing kemarahan Pemerintah Tiongkok.

Baca Juga: Ridwan Kamil Menaikkan UMK Sebagian Wilayah di Jabar, Karawang Tertinggi

Baca Juga: Cuaca Wilayah Jakarta Pada Siang Hari Diprediksi Akan Turun Hujan Disertai Petir dan angin kencang

Mereka telah meminta Washington untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Beijing atau merusak perkembangan dan stabilitas wilayah Tibet di negara itu.

Tiongkok menguasai Tibet pada 1950 yang mereka gambarkan sebagai sebuah pembebasan damai. Alasannya, membantu wilayah Himalaya yang terpencil membuang masa lalu feodalisme.

Tetapi, para kritikus yang dipimpin Dalai Lama menyebut aturan Beijing tidak lebih daripada genosida budaya.

Baca Juga: Asyik, Hari Ini Kuota Internet Gratis Kemdikbud Disalurkan, Ini Syaratnya

Baca Juga: Borong Dua Gol, Ronaldo Bikin Juventus Menang atas Cagliari

Lobsang Sangay mencatat bahwa pemerintah Amerika Serikat mendukung masalah Tibet.

Laporan Voice of America menyebutkan bahwa kebijakan Tiongkok atas Tibet kembali menjadi sorotan tahun ini akibat hubungan Washington dan Beijing yang memburuk.

Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan kepada wartawan di Departemen Negara pada bulan September bahwa pemerintahan Donald Trump prihatin dengan tindakan Tiongkok di Tibet.

Baca Juga: Gubernur Putuskan Naik 1,5 Persen, Ini Daftar UMK 2021 Kota dan Kabupaten di Provinsi Banten

Baca Juga: Aparat TNI-Polri-Satpol PP Datangi Kediaman Habib Rizieq Malam-malam, Ada Apa?

Hal itu mengingat seruan Sekretaris Jenderal Tiongkok untuk ‘Sinifikasi Budhisme Tibet’ dan melawan perpecahan di sana yang tak lebih dari upaya Partai Komunis Tiongkok melawan kelompok yang menyimpang.

Sinifikasi adalah istilah yang digunakan para kritikus Tiongkok untuk menyebut metode Partai Komunis Tiongkok membawa kelompok-kelompok tradisional non-Tiongkok di bawah pengaruh penguasa Han Tiongkok.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x