Jelang Akhir Kekuasaan, Presiden Donald Trump Dikabarkan Ingin Serang Iran Pekan Lalu

- 17 November 2020, 21:46 WIB
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. /Foto: Twitter @realDonaldTrump/

SEPUTARTANGSEL.COM - Dalam dua bulan sisa masa jabatannya, Presiden Donald Trump ternyata meminta opsi untuk menyerang situs nuklir utama Iran pekan lalu.

Tetapi akhirnya ia memutuskan untuk tidak mengambil langkah dramatis itu.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Amerika Serikat.

Baca Juga: Ridwan Kamil Kirim Pesan kepada Habib Rizieq Soal Kerumunan Massa di Megamendung Bogor

Baca Juga: Belum Terima BLT BPJS Ketenagakerjaan Subsidi Upah Termin II, Ini Cara Konsultasi Ke Kemnaker

Donald Trump membuat permintaan itu selama pertemuan pada hari Kamis, 12 November 2020, dengan pembantu keamanan nasional utamanya.

Termasuk di antaranya, Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, penjabat baru Menteri Pertahanan Christopher Miller dan Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan.

Donald Trump yang menolak untuk menyerah dan menantang hasil pemilihan presiden 3 November, akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden pada 20 Januari.

Baca Juga: Makin Jelas, Ini Alur Distribusi Vaksin Covid-19

Baca Juga: Update Corona Tangsel 17 November 2020: 2.222 Positif Covid-19, 1.917 Sembuh, 96 Meninggal

Dikutip Seputartangsel.com dari Reuters pada Selasa, 17 November 2020, pejabat itu mengonfirmasi bahwa para penasihat membujuk Donald Trump untuk tidak melanjutkan hantaman itu karena risiko konflik yang lebih luas.

“Dia meminta pilihan. Mereka memberinya skenario dan dia akhirnya memutuskan untuk tidak maju, ”kata pejabat itu.

Gedung Putih menolak berkomentar.

Donald Trump menghabiskan empat tahun masa kepresidenannya terlibat dalam kebijakan agresif atas Iran.

Baca Juga: Bahaya Depresi, Yuk Kenali Faktanya

Baca Juga: Buntut Acara Habib Rizieq, 14 Orang Termasuk Anies Baswedan Dipanggil Polda Metro Jaya

Menarik diri pada 2018 dari kesepakatan nuklir Iran yang dinegosiasikan pendahulunya dari Partai Demokrat, Barack Obama, dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap pelbagai macam target Iran.

Permintaannya untuk opsi datang sehari setelah laporan pengawas atom PBB menunjukkan bahwa Iran telah selesai memindahkan aliran pertama sentrifugal canggih dari pabrik di atas tanah di situs pengayaan uranium utamanya di bawah tanah.

Stok Iran 2,4 ton untuk konsentrasi uranium rendah sekarang jauh di atas batas kesepakatan 202,8 kg.

Baca Juga: Link dan Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta, Malam ini 17 November 2020

Baca Juga: Mau Dapat BLT Bantuan Usaha Mikro? Segera Daftar Sebelum Ditutup, Berikut Cara dan Syaratnya

Ini menghasilkan 337,5 kg di kuartal ini. Sekurang-kurangnya melebihi 500 kg yang tercatat Badan Energi Atom Internasional pada dua kuartal sebelumnya.

Pada Januari, Donald Trump memerintahkan serangan pesawat tanpa awak yang menewaskan Jenderal militer Iran Qassem Soleimani di bandara Baghdad.

Namun dia menghindari konflik militer yang lebih luas dan berusaha menarik pasukan Amerika Serikat dari lokasi global guna memenuhi janji untuk menghentikan apa yang dia sebut perang tanpa akhir.

Baca Juga: Kado Hari Guru, Kemenag Terbitkan Juknis Pencairan Subsidi Guru GTK Madrasah dan PAI

Baca Juga: Gara-gara 13 Jemaah Umrah Asal Indonesia Positif Covid-19, Arab Saudi Kembali Tutup Pintu

Serangan ke situs nuklir utama Iran di Natanz dapat memicu konflik regional dan menimbulkan tantangan kebijakan luar negeri yang serius bagi Joe Biden.

Tim Joe Biden yang tidak memiliki akses ke intelijen keamanan nasional karena penolakan pemerintahan Donald Trump untuk memulai transisi menolak berkomentar untuk cerita ini.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah