Maha Vajiralongkorn, Raja Thailand Terkaya yang Kendalikan Negara dari Bavaria

- 20 Oktober 2020, 21:47 WIB
Wat Phra Kaew atau Vihara Buddha Zamrud mempunyai nama lengkap Wat Phra Sri Rattana Satsadaram, adalah vihara terpenting di Thailand. Vihara ini terletak di tengah kota Bangkok, distrik Phra Nakhon, di area istana utama.
Wat Phra Kaew atau Vihara Buddha Zamrud mempunyai nama lengkap Wat Phra Sri Rattana Satsadaram, adalah vihara terpenting di Thailand. Vihara ini terletak di tengah kota Bangkok, distrik Phra Nakhon, di area istana utama. /Foto: Pixabay/sasint/

SEPUTARTANGSEL.COM - Kepala Negara Thailand, Raja Maha Vajiralongkorn, diyakini sebagai raja terkaya di dunia.

Besar kekayaannya diperkirakan Financial Times London antara 30 miliar hingga 40 miliar Dolar AS.

Dana negara berada di bawah kendalinya langsung pasca kudeta para pemimpin 2014 yang sukses.

Baca Juga: Presiden Jokowi Digunakan untuk Nama Jalan di LN, Susul Sukarno, Hatta, RA Kartini dan Munir

Baca Juga: Menang Besar, Timnas Indonesia U-19 Bantai Hajduk Split Empat Gol Tanpa Balas

Raja Maha Vajiralongkorn yang naik tahta sebagai Raja Rama X ini banyak menghabiskan waktunya di Jerman.

Di Grand Hotel Sonnenbichl Bavaria, Jerman, dengan diikuti rombongan hingga 20 selir, termasuk istri keempatnya. Semuanya telah diberi nama kehormatan yang sama.

Tempat tinggal raja Thailand itu terungkap pada awal krisis virus corona. Ketika itu, hotel meminta izin khusus untuk tetap buka.

Baca Juga: Piala Dunia U-20 2021 Dipastikan Tanpa Upacara Seremonial Megah

Baca Juga: Norovirus Ada di Indonesia, Ini Penyebab Serta Penanganan dan Pencegahannya

Kini dia mendapat peringatan dari pemerintahan Angela Merkel untuk tidak melakukan urusan negaranya dari Jerman.

Dikutip Seputartangsel.com dari The Daily Beast, kisah tentang raja Thailand itu tidak membantu baik citra domestik maupun internasionalnya.

Kisah Tentang Kekasih Raja

Seperti kisah salah satu kekasih raja berikut. Menjadi salah satu kekasih raja bukannya tanpa risiko.

Hal ini digambarkan lewat nasib gundik resminya, Sineenat Wongvajirapakdi, 35 tahun. Dia dinamai ‘Chao Khun Phra’ yang berarti ‘permaisuri bangsawan kerajaan’.

Itu tak lama setelah raja mengawini istri keempatnya, Ratu Suthida.

Baca Juga: Update Corona Indonesia 20 Oktober: 2 Hari Terakhir, Kasus Baru Positif Covid-19 di Bawah 4.000

Baca Juga: Agar Tak Korupsi Setelah Terpilih, Ketua KPK Sarankan Paslon Pilkada Punya Rp65 Miliar

Pada Oktober 2019, Sineenat Wongvajirapakdi diumumkan dicopot dari gelarnya dalam pernyataan istana.

Dia disebut tidak tahu berterima kasih karena melakukan persaingan dengan Ratu Suthida.

Dia diyakini menghabiskan sepuluh bulan di penjara, tetapi awal tahun ini dia dikembalikan ke posisinya semula.

Pernyataan yang diterbitkan pemerintah mengatakan, Sineenat Wongvajirapakdi ‘tidak ternoda’ dan karenanya berhak atas gelar permaisuri bangsawan kerajaan dan semua milik sebelumnya di dalam istana.

Hak Istimewa Keluarga Kerajaan Thailand

Seperti yang dilaporkan The Daily Beast baru-baru ini, Vajiralongkorn juga diduga telah membangun armada luar biasa yang terdiri dari 38 jet dan helikopter secara eksklusif bagi keluarga kerajaan Thailand.

Laporan tentang hak-hak istimewa ini tidak diberitakan media arus utama Thailand karena larangan pemberitaan yang ketat.

Baca Juga: 3 Hari Lagi Bisa Dicabut, Peserta Prakerja Gelombang 9 Harus Melakukan Ini

Baca Juga: Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja Masih Terjadi, Luhut Rayu Investor Jerman ke Indonesia

Namun, informasi itu kini mengalir kembali ke negara tersebut melalui media sosial.

Thailand awal tahun ini berupaya membuat Facebook menghapus akun grup di media sosial itu yang mengkritik monarki.

Akun itu memiliki lebih dari satu juta anggota. Tetapi upaya pemerintahan Thailand itu rupanya gagal.

Protes Warga Thailand dan Pemerintah Jerman

Laporan kekayaan raja yang melimpah itu memicu protes warga Thailand.

Keberadaannya di luar negeri juga membuat beberapa pengunjuk rasa menjulukinya sebagai ‘Orang Jerman’.

Tempat tinggal de facto raja di Bavaria kini juga mulai menimbulkan keributan di Jerman.

Baca Juga: Demo Omnibus Law UU Cipta Kerja Masih Terjadi, Luhut Rayu Investor Jerman ke Indonesia

Baca Juga: Ronaldo Absen di Laga Pertama Liga Champions 2020-2021, Akankah Pirlo Mainkan Dybala?

Pemerintahan Angela Merkel secara eksplisit mengatakan bahwa raja Thailand harus berhenti menjalankan urusan negara dari Jerman.

Juru bicara kementerian luar negeri Jerman, Maria Adebahr, mengatakan bahwa pemerintah telah berulang kali menekankan kepada duta besar Thailand untuk Berlin, bahwa urusan luar negeri tidak boleh dilanjutkan dari Jerman.

Masalah itu bahkan berhasil sampai ke parlemen Jerman. Anggota parlemen dari oposisi Partai Hijau, Frithjof Schmidt, mempertanyakan mengapa pemerintah Jerman selama berbulan-bulan mengizinkan raja untuk terlibat dalam politik dalam negeri dari Bavaria.

Baca Juga: Cuti Bersama Oktober - Desember 2020, Berikut Daftar Hari dan Tanggalnya

Baca Juga: Didemo di Jakarta, Presiden Jokowi Sambut PM Jepang di Istana Bogor

Menteri luar negeri Heiko Maas menjawab, "Kami akan selalu dengan jelas menangkal upaya para tamu di negara kami untuk melakukan urusan kenegaraan dari negara kami."

Frithjof Schmidt bersama dengan banyak orang Jerman lainnya yang merasa sangat tidak nyaman bahwa negara mereka mungkin secara efektif menyediakan markas untuk rezim yang represif.

Frithjof Schmidt mengutip contoh peran raja dalam mencegah kakak perempuannya secara sepihak, Putri Ubolratana Rajakanya, mencalonkan diri sebagai kandidat di Pemilu 24 Maret.

Baca Juga: Antisipasi Evakuasi Saat Banjir, Gulkamat DKI Jakarta Siagakan 280 Unit Perahu Karet

Baca Juga: Rp890 Miliar untuk Dana BOS Madrasah dan Pesantren Segera Cair

Tindakan melawan sang putri secara luas dilihat sebagai bukti lebih lanjut dari perlombaan berat sebelah.

Perdana Menteri dan pemimpin kudeta Thailand 2014, Jenderal Prayut Chan o cha diuntungkan karena 250 anggota Senat hanya dipilih junta militer untuk membantu memilih Perdana Menteri.

Undang-undang ketat di Thailand mencegah kritik langsung terhadap raja, rumah tangganya, dan bahkan hewan peliharaannya.

Aturan ini ditentang secara terbuka dan luas untuk pertama kalinya sebagai bagian dari demonstasi mahasiswa.

Baca Juga: Daftar BLT UMKM Online BPUM Dibuka Sekarang, Lewat Link Depkop Ini

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, Antam dan UBS Mengalami Penurunan

“Ini adalah masalah terbesar di Thailand,” kata Parit ‘Penguin’ Chiwarak, “Lembaga kerajaan bisa mencampuri urusan politik karena punya cukup uang.

“Jika kita tidak mengatakannya sekarang, kapan kita akan mengatakannya?”

Penentang posisi komando dan hak istimewa keluarga kerajaan Thailand menjadi makin berani dalam beberapa bulan terakhir.

Jumlah demonstasi mahasiswa makin membesar. Thailand sedang berjuang melawan resesi mendalam akibat Covid-19 dan jatuhnya pariwisata yang sangat penting di negara itu.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x