Dia adalah putra mendiang diktator Filipina, Ferdinand Marcos yang digulingkan sekitar 40 tahun lalu pemberontakan rakyat. Dia ikut diasingkan bersama seluruh keluarga pada tahun 1986.
Sebenarnya ada sepuluh kandidat yang akan bersaing meraih kursi Presiden Filipina, menggantikan Rodrigo Duterte. Namun, hanya Marcos Jr dan Robredo yang diperkirakan akan memperoleh banyak suara.
Pengamat politik menggambarkan, hasil Pilpres kali inii dapat mengakibatkan kemunduran demokrasi atau reformasi liberal.
Saat kampanye, Marcos Jr telah berbicara tentang 'persatuan'. Namun, dia hanya memberikan sedikit rincian kebijakannya di masa depan.
Baca Juga: Manny Pacquaio Putuskan Gantung Sarung Tinju, Fokus Calonkan Diri Jadi Presiden Filipina
Selain itu, Marcos Jr juga memuji kepemimpinan 'jenius' mendiang ayahnya dan emnghindari wawancara dan debat media
Di sisi lain, Robredo adalah seorang pengacara yang mengepalai oposisi. Dia menjanjikan, pemerintahan yang lebih transparan dan menghidupkan kembali demokrasi di negara itu.
"Pemilihan ini benar-benar kampanye yang baik versus yang jahat," kata Ilmuwan Politik Universitas Diliman Filipina, Aries Arugay.
Baca Juga: Presiden Filipina, Rodrigo Duterte Ancam Warganya yang Tau Mau Divaksin: Saya Penjarakan!