Rusia tak Hentikan Serangan ke Ukraina di Tengah Perundingan Damai di Turki

- 29 Maret 2022, 13:57 WIB
Seorang tentara pro-Rusia terlihat di depan sebuah bangunan apartemen yang hancur akibat serangan di kota Mariupol.
Seorang tentara pro-Rusia terlihat di depan sebuah bangunan apartemen yang hancur akibat serangan di kota Mariupol. /Foto: Reuters/Alexander Ermochenko/

SEPUTARTANGSEL.COM - Upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina terus dilakukan dengan melibatkan pihak lain, di antaranya perundingan damai di Turki.

Pertemuan antara negosiator Rusia dan Ukraina di Turki dalam rangka upaya gencatan senjata dan mengakhiri perang yang terus memakan banyak korban jiwa.

Di tengah persiapan pembicaraan tatap muka antara negosiator kedua negara di Turki, sirine serangan udara Rusia di Ukraina terdengar pada Selasa, 29 Maret 2022.

Baca Juga: Roman Abramovich Diduga Diracun Saat Perundingan Damai Rusia dengan Ukraina

Perundingan damai antara negosiator Rusia dan Ukraina di Turki tersebut diharapkan dapat mencapai kesepakatan tanpa harus mengorbankan wilayah atau kedaulatan.

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Reuters, Selasa 29 Maret 2022, pertemuan kedua negara tersebut merupakan pembicaraan secara langsung pertama dalam lebih dari dua minggu,

Serangan Rusia ke Ukraina tampak terhenti pada beberapa bidang, menjelang pertemuan yang akan dilakukan di Turki.

Baca Juga: Volodymyr Zelenskyy Kesal, Tuding Barat tak Kunjung Beri Ukraina Senjata Karena Takut kepada Moskow

Invasi Rusia ke Ukraina telah terjadi selama sebulan lebih dan menjadi yang terbesar sejak Perang Dunia Kedua dengan 3,8 juta orang lebih yang mengungsi luar negeri.

Serangan Moskow tersebut telah menelan ribuan orang tewas dan terluka serta membuat ekonomi Rusia terpuruk akibat sanksi-sanksi yang diberikan oleh banyak negara di dunia.

Hampir 5.000 orang tewas termasuk 210 anak-anak di kota Mariupol yang hingga kini masih terkepung oleh pasukan Rusia.

Baca Juga: Kremlin: Rusia Hanya Akan Gunakan Senjata Nuklir Bila Terancam

"Kami tidak memperdagangkan orang, tanah, atau kedaulatan," ujar Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba saat mengatakan mengenai pembicaraan di Turki.

“Minimal programnya adalah soal kemanusiaan, dan program maksimalnya adalah mencapai kesepakatan gencatan senjata,” katanya lagi.

Namun, seorang pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya tak siap untuk berkompromi guna mengakhiri perang.

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden Ungkap Putin 'Tidak Bisa Tetap Berkuasa' dalam Pidato Tentang Perang di Ukraina

Bahkan, Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Vadym Denysenko meragukan akan adanya terobosan dalam pembicaraan di Turki.

Pembicaraan antara Rusia dan Ukraina menurut juru bicara Kremlin hingga kini belum memperlihatkan kemajuan substansial, akan tetapi penting untuk terus dilanjutkan secara langsung.***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini