Pernyataan tersebut menyusul pertemuan kedua antara Amerika Serikat dan Uni Eropa tentang China yang diadakan tahun ini.
Sherman dan Sannino akan melanjutkan diskusi terkait China dengan konsultasi tingkat tinggi di Indo-Pasifik pada hari Jumat, 3 Desember 2021.
Bahkan Presiden AS Joe Biden telah menekankan pentingnya bekerja sama dengan sekutu dalam melawan kekuatan China yang tumbuh dan perilaku yang semakin asertif di seluruh dunia.
Sebuah pengarahan resmi AS menjelang pembicaraan mengatakan bahwa Washington dan Brussels memiliki pandangan yang semakin konvergen tentang perilaku yang mengkhawatirkan China.
Wakil Laksamana Herve Blejean, direktur jenderal Staf Militer Uni Eropa, berbicara secara terpisah pada forum virtual tink tank Washington, mengatakan bahwa ada ruang untuk koordinasi yang lebih besar untuk "mengungkapkan keinginan kuat kami untuk membela hukum internasional di laut terhadap kebijakan de facto yang telah kami lihat di Laut Cina Selatan."
Blejean mengatakan kepada Pusat Studi Strategis dan Internasional bahwa Prancis adalah kekuatan Pasifik dan ada juga kepentingan di kawasan itu dari anggota UE lainnya, Jerman, Belanda dan Denmark, serta bekas negara UE Inggris.
"Kita harus melihat bagaimana kita menyampaikan pesan itu bersama-sama, karena ketika kita semua bersatu, kekuatan pesan itu lebih kuat, dan bagaimana kita berinteraksi dengan negara-negara yang berpikiran sama melakukan hal yang sama - Australia, Amerika Serikat, Jepang, negara-negara ASEAN dan seterusnya," ujar Blejean.
Blejean mengatakan UE dapat melihat pembentukan "Area Kepentingan Maritim" di Laut Cina Selatan setelah proyek percontohan yang bertujuan untuk lebih mengoordinasikan kehadiran maritim negara-negara anggota UE yang sedang berlangsung di Teluk Guinea Afrika dan yang lainnya sedang dilihat di laut India utara.***