Biden menegaskan kembali dukungan lama AS untuk kebijakan "Satu China" di mana mengakui Beijing daripada Taipei.
Namun, dia juga mengatakan, "Sangat menentang upaya sepihak untuk mengubah status quo atau merusak perdamaian dan stabilitas di selat Taiwan," ujar Gedung Putih.
Baca Juga: Taliban Wajibkan Penyiar Perempuan Berhijab dan Drama TV Dilarang Tampilkan Pemeran Perempuan
Sementara itu, kantor berita Xinhua mengatakan bahwa orang-orang di Taiwan yang mencari kebebasan dan pendukung mereka di Amerika Serikat, 'bermain dengan api'.
Kelompok hak asasi mempertanyakan KTT Demokrasi yang diselenggarakan oleh Biden tersebut.
Apakah mampu mendorong para pemimpin dunia yang diundang, beberapa diantaranya dituduh menyembunyikan kecenderungan otoriter, untuk mengambil tindakan yang berarti.
Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat acara tersebut akan menyatukan demokrasi yang matang seperti Prancis dan Swedia, juga negara seperti Filipina, India, dan Polandia, di mana para aktivis mengatakan demokrasi masih berada di bawah ancaman.
Beberapa sekutu AS seperti Jepang dan Korea Selatan diundang, sementara Thailand dan Vietnam tidak mendapatkan undangan.
Absen negara sekutu AS lainnya adalah Mesir dan anggota NATO Turki, sedangkan perwakilan Timur Tengah hanya Israel dan Irak yang diundang.***