Sistem Pangan Global Rapuh, Hampir 20 Juta Orang Hadapi Krisis Pangan Tahun Lalu

- 6 Mei 2021, 08:43 WIB
Anak Ethiopia yang mengantri makanan sambil membawa piring di kamp Um-Rakoba, perbatasan Sudan-Ethiopia, pada  Kamis, 1 November 2020.
Anak Ethiopia yang mengantri makanan sambil membawa piring di kamp Um-Rakoba, perbatasan Sudan-Ethiopia, pada Kamis, 1 November 2020. /Sumber: Antara Foto / Reuters / Mohamed Nureldin Abdallah/

SEPUTARTANGSEL.COM – Hampir 20 juta orang menghadapi krisis pangan pada tahun lalu.

Krisis pangan tahun lalu terjadi di tengah konflik bersenjata, pandemi Covid-19,  cuaca ekstrem, dan prospek tahun ini kembali suram.

Demikian laporan Jaringan Global Melawan Krisis Pangan (Global Network Against Food Crises).

Baca Juga: Harga Kedelai Dunia Naik, Bagaimana dengan Tahu Tempe?

Badan kemanusiaan itu menyebutkan kerawanan pangan akut terus memburuk sejak 2017. Tahun pertama saat laporan tahunan terkait krisis pangan dipublikasikan.

Badan kemanusiaan itu didirikan pada 2016 oleh Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menuturkan,"Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mengakhiri lingkaran setan ini. Tidak ada tempat untuk kelaparan dan penderitaan di abad ke-21.”

Baca Juga: Lansia 118 Tahun, Mundur dari Kirab Obor Olimpiade

Dia menambahkan bahwa konflik dan kelaparan perlu ditangani Bersama karena keduanya saling memperkuat.

Didefinisikan sebagai kekurangan pangan yang mengancam kehidupan, mata pencaharian atau keduanya, kerawanan pangan akut pada tingkat krisis atau lebih buruk berdampak pada sedikitnya 155 juta orang tahun lalu, jumlah tertinggi dalam lima tahun laporan tersebut.

Dikutip dari Antara pada Rabu, 5 Mei 2021, Guterres memperingatkan situasi diperkirakan tidak akan membaik tahun ini. Hal ini didorong pertama dan terutama oleh konflik. Tetapi dengan tindakan pencegahan terkait dengan pandemi Covid-19 menjadi faktor yang memperburuk.

Baca Juga: Kendalikan Arus Mudik, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek Ditutup Pada 6 Mei 2021

Dua dari tiga orang yang terkena dampak krisis pangan tahun lalu berada di Afrika.

Bagian lain dunia tidak luput, dengan Yaman, Afghanistan, Suriah, dan Haiti di antara 10 lokasi yang paling parah terkena dampak.

"Pandemi Covid-19 telah mengungkapkan kerapuhan sistem pangan global dan kebutuhan akan sistem yang lebih adil, berkelanjutan, dan tangguh," kata EU, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Program Pangan Dunia PBB, dan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat dalam pernyataan bersama.

"Transformasi radikal dari sistem pertanian pangan kita dibutuhkan. Jika tren saat ini tidak berbalik, frekuensi dan tingkat keparahan krisis pangan akan meningkat."

Baca Juga: Survei BPS: Penduduk Usia Kerja Terdampak Covid-19 Berkurang

Di Burkina Faso, Sudan Selatan, dan Yaman, sebanyak 133 ribu orang berada dalam fase paling parah atau "bencana" dari ketidakamanan pangan tahun lalu.

Mereka membutuhkan tindakan segera untuk mencegah kematian yang meluas dan kehancuran total mata pencaharian menurut laporan tersebut.

Sedikitnya 28 juta orang lainnya berada dalam fase "darurat" krisis pangan. Mereka tinggal selangkah lagi dari kelaparan dan membutuhkan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian, serta mencegah kelaparan. ***

 

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkait

Terkini

x