China Mengklaim Laut Natuna Utara - Perairan Filipina Secara Paksa, Pakar: Ini Sangat Berbahaya

- 4 April 2021, 17:49 WIB
Ilustrasi kapal China menyusuri Laut Natuna Utara.
Ilustrasi kapal China menyusuri Laut Natuna Utara. /Foto: Pixabay / Defence-Imagery/

SEPUTARTANGSEL.COM - China kembali menjadi sorotan dunia internasional karena sudah sejak lama dirinya mengklaim kedaulatan atas perairan yang disengketakan, Laut Natuna Utara.

China juga menyatakan bahwa seluruh jalur perairan Laut Natuna Utara hingga pantai Filipina, Malaysia, dan Taiwan sebagai wilayah kekuasaannya.

Namun, berdasarkan keputusan pengadilan arbitrase internasional menyatakan jika klaim China atas Laut Natuna Utara itu ditolak.

Baca Juga: Menteri Agama Tegaskan Indonesia Komplit Dengan Perbedaan dan Kementerian Agama Untuk Semua Agama

Baca Juga: BMKG Beri Peringatan Bagi Masyarakat Jabar, Jateng, dan Yogyakarta, Akan Terjadi Gelombang Tinggi 4-6 Meter

Baru-baru ini dalam beberapa tahun terakhir China diketahui telah membangun beberapa pulau buatan di kawasan perairan yang diklaim oleh Vietnam, Filipina, dan Malaysia.

Tidak hanya itu, China juga telah mengirimkan sejumlah unit militer kepada negara-negara tersebut.

Hal ini dilakukan lantaran China tengah menerapkan taktik lain untuk memperkuat kehadirannya dan menegaskan kontrolnya di wilayah tersebut.

Baca Juga: Innalillahi, Ratusan Orang Tertimbun Banjir - Tanah Longsor di Flores Timur, NTT Belum Ditemukan

Baca Juga: Tokoh NU Gus Umar Hasibuan: Pak Jokowi Sudah Berapa Kali Langgar Prokes?

Selama beberapa minggu terakhir, pemerintah China telah memerintahkan untuk mengirimkan ratusan kapal penangkap ikan dalam rangka ingin memperkuat posisinya dan memberikan tekanan terhadap negara-negara tetangganya.

Berdasarkan laporan, pada akhir Maret 2021 terdapat 245 kapal Tiongkok dan empat kapal perang terlihat sedang menyusuri di perairan laut dekat dengan pulau Spratly, sebuah pulau yang berada di antara Filipina dan Vietnam.

Analis dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat telah menolak pernyataan Beijing yang menyatakan bahwa kapal itu hanyalah milik nelayan yang berusaha dalam meningkatkan hasil tangkapan ikan mereka.

Baca Juga: Proyek Jalan Setiabudi Pamulang Akan Dilanjutkan, Masyarakat Keluhkan Macet dan Sentil Pemerintah

Mereka menduga bahwa keberadaan kapal-kapal itu memang bagian dari rencana milisi maritim China, kekuatan sipil militer yang sengaja diperintahkan oleh China untuk mempertahankan tujuan strategisnya di Laut Natuna Utara.

Meskipun kapal-kapal tersebut diyakini tidak dilengkapi dengan perlengkapan senjata, sebagian besar dinahkodai oleh pasukan cadangan yang beroperasi di bawah kendali perintah Penjaga pantai serta pasukan Tentara Pembebasan Rakyat.

Tentu dengan kehadiran mereka di kawasan Laut Natuna Utara itu dapat memicu kekhawatiran terjadinya yang dengan sengaja ingin mengintimidasi nelayan lokal serta perlahan mengusir mereka dari kawasan itu, seperti dikutip Seputartangsel.com dari Express pada Minggu, 4 April 2021.

Baca Juga: Fiersa Besari: Izin Resepsi Masyarakat Dipersulit, tapi Pernikahan Seleb Dihadiri Langsung oleh Jokowi

Menurut Direktur CSIS untuk Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI), Gregory B. Poling, mengatakan bahwa apabila China menggunakan beberapa cara sebagai upaya pemaksaan dalam jangka waktu yang lama, bisa berpotensi membuat Asia Tenggara merasa tertekan.

"Dengan menggunakan taktik untuk menempatkan kapal-kapal mereka (China) di sana dan sengaja menyebarkannya ke seluruh hamparan air di sekitar terumbu karang yang ditempati orang lain, atau di sekitar ladang minyak dan gas atau daerah penangkapan ikan, membuat China secara tidak langsung mengusir nelayan asal Filipina dan Vietnam untuk keluar dari area tersebut," kata Poling dalam pernyataannya.

“Jika anda adalah seorang nelayan asal Filipina, kemungkinan anda akan selalu diganggu oleh pihak-pihak tersebut. Hingga akhirnya anda akan menyerah dan berhenti untuk memancing disana, tambah poling.

"Dan taktik China ini sangat berbahaya," Kata Poling," lanjut Poling.***

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah