China Mengklaim Laut Natuna Utara - Perairan Filipina Secara Paksa, Pakar: Ini Sangat Berbahaya

- 4 April 2021, 17:49 WIB
Ilustrasi kapal China menyusuri Laut Natuna Utara.
Ilustrasi kapal China menyusuri Laut Natuna Utara. /Foto: Pixabay / Defence-Imagery/

Baca Juga: Tokoh NU Gus Umar Hasibuan: Pak Jokowi Sudah Berapa Kali Langgar Prokes?

Selama beberapa minggu terakhir, pemerintah China telah memerintahkan untuk mengirimkan ratusan kapal penangkap ikan dalam rangka ingin memperkuat posisinya dan memberikan tekanan terhadap negara-negara tetangganya.

Berdasarkan laporan, pada akhir Maret 2021 terdapat 245 kapal Tiongkok dan empat kapal perang terlihat sedang menyusuri di perairan laut dekat dengan pulau Spratly, sebuah pulau yang berada di antara Filipina dan Vietnam.

Analis dari Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat telah menolak pernyataan Beijing yang menyatakan bahwa kapal itu hanyalah milik nelayan yang berusaha dalam meningkatkan hasil tangkapan ikan mereka.

Baca Juga: Proyek Jalan Setiabudi Pamulang Akan Dilanjutkan, Masyarakat Keluhkan Macet dan Sentil Pemerintah

Mereka menduga bahwa keberadaan kapal-kapal itu memang bagian dari rencana milisi maritim China, kekuatan sipil militer yang sengaja diperintahkan oleh China untuk mempertahankan tujuan strategisnya di Laut Natuna Utara.

Meskipun kapal-kapal tersebut diyakini tidak dilengkapi dengan perlengkapan senjata, sebagian besar dinahkodai oleh pasukan cadangan yang beroperasi di bawah kendali perintah Penjaga pantai serta pasukan Tentara Pembebasan Rakyat.

Tentu dengan kehadiran mereka di kawasan Laut Natuna Utara itu dapat memicu kekhawatiran terjadinya yang dengan sengaja ingin mengintimidasi nelayan lokal serta perlahan mengusir mereka dari kawasan itu, seperti dikutip Seputartangsel.com dari Express pada Minggu, 4 April 2021.

Baca Juga: Fiersa Besari: Izin Resepsi Masyarakat Dipersulit, tapi Pernikahan Seleb Dihadiri Langsung oleh Jokowi

Menurut Direktur CSIS untuk Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI), Gregory B. Poling, mengatakan bahwa apabila China menggunakan beberapa cara sebagai upaya pemaksaan dalam jangka waktu yang lama, bisa berpotensi membuat Asia Tenggara merasa tertekan.

Halaman:

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah