Militer Myanmar Bunuh 114 Orang dalam Satu Hari, dari Pagi hingga Malam Para Demonstran Ditembaki

- 28 Maret 2021, 09:20 WIB
Polisi Myanmar bentrok dengan para demonstran di kota Yangon.
Polisi Myanmar bentrok dengan para demonstran di kota Yangon. /Foto: Reuters/

"Kami mendapat konfirmasi bahwa 114 warga sipil telah tewas di 44 kota di seluruh #Myanmar di tangan angkatan bersenjata rezim kudeta. Jumlahnya termasuk 40 kematian di #Mandalay dan 27 kematian di #Yangon,” tulis cuitan oleh Myanmar Now, outlet berita domestik.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan sedikitnya 90 orang tewas pada hari Sabtu yang menjadikan korban tewas menjadi 423 sejak penggulingan Aung San Suu Kyi.

“Junta menembaki pengunjuk rasa damai sejak pagi hari, hari paling mematikan dalam 55 hari sejak kudeta. Banyak warga sipil, termasuk anak-anak, ditembak mati dan terluka, ”kata AAPP dalam update hariannya.

Baca Juga: Andi Arief: Perlawanan dari DPD Demokrat DKI terhadap KLB Moeldoko dan Pembegal Partai

AAP juga menyebutkan protes demonstran ditekan oleh tembakan senapan mesin langsung di 40 negara bagian di seluruh negara berpenduduk 54 juta orang, termasuk di Yangon, Bago, Magway, Sagaing, Ayeyarwady, Mon, Kachin, dan Shan.

"Pasukan junta menembakkan senapan mesin ke daerah pemukiman, mengakibatkan banyak warga sipil, termasuk enam anak berusia antara sepuluh dan enam belas tahun, tewas," tambah AAPP.

Organisasi yang berbasis di Thailand itu juga menyebutkan seorang gadis berusia 13 tahun ditembak mati ketika berada dalam rumahnya di Mandalay.

Baca Juga: Truk Terjun Bebas di Slipi Menimpa Mobil Dinas TNI, Tak ada Korban Jiwa
Pembantaian itu terjadi setelah, televisi pemerintah memperingatkan demonstran akan ditembak di kepala atau punggung jika melakukan protes pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata.

"Pada Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, pasukan keamanan membunuh warga sipil tak bersenjata, termasuk anak-anak, orang-orang yang mereka bersumpah untuk melindungi. Pertumpahan darah ini mengerikan,” kata Duta Besar AS Thomas Vajda dalam sebuah pernyataan.

"Ini bukan tindakan militer atau polisi profesional," ujarnya.***(Pikiran Rakyat /Julkifli Sinuhaji)

Halaman:

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah