Parlemen Australia Nyatakan Mosi Kepada China Atas Pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur di Xinjiang

- 22 Maret 2021, 15:51 WIB
 Ilustrasi Bendera China
Ilustrasi Bendera China /Pixabay/glaborde7/

SEPUTARTANGSEL.COM - Parlemen Australia dengan tegas mengutuk China atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap muslim Uighur di kawasan Xinjiang.

Sejumlah pihak dunia internasional pun bahkan meyakini bahwa tindakan tersebut merupakan sebuah genosida.

Kutukan keras atas penindasan China tersebut dilontarkan oleh Kevin Andrews, seorang anggota parlemen Australia dari partai Liberal.

Baca Juga: Anies Baswedan Menang Survei Indikator Politik Pilpres 2024, Mardani Ali Sera: 40 Persen Pemilih Anak Muda

Baca Juga: Balas Dendam, Arab Saudi Bombardir Pemberontak Houthi di Yaman, Raja Salman Dikecam Negara Barat

Dirinya menyatakan mosi terhadap China, yang kemudian mendapatkan dukungan besar dari semua anggota partai-partai besar.

"Pelanggaran HAM yang paling mengerikan dan sistematis di dunia itu telah berlangsung di Xinjiang," kata Kevin Andrews, seperti dikutip Seputartangsel.com dari Reuters pada Senin, 22 Maret 2021.

Andrews menilai kamp-kamp interniran berskala besar dan kerja paksa di Xinjiang menjadi landasan dasar yang membuat sejumlah negara secara keras mengecam China, termasuk parlemen Belanda, parlemen Kanada, Majelis Tinggi Inggris dan pemerintah Amerika Serikat.

Baca Juga: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Dikutuk Joe Biden dan Pemimpin Eropa, Ada Apa?

Baca Juga: Siap-siap, 28 Situs Ini Akan Umumkan Hasil SNMPTN Sore Ini

Namun, China justru menegur Parlemen Kanada dan Belanda yang telah mengeluarkan mosi tidak mengikat pada 22 Februari 2021 lalu.

Di sisi lain, Kedutaan besar China masih bersikeras bahwa fitnah genosida yang dilayangkan oleh sejumlah pihak itu sengaja dilakukan untuk mencoreng nama baik negaranya.

"Kami secara tegas menolak pernyataan konyol dan tidak masuk akal terkait Xinjiang oleh segelintir anggota parlemen," tutur Kedutaan Besar China.

Baca Juga: Viral Pria Ngaku Ustadz di Bekasi Yang Bisa Gandakan Uang Ditangkap Polisi

Baca Juga: Situasi Myanmar Semakin Brutal, Dokter dan Petugas Kesehatan Ikut Terlibat dalam Aksi Protes

"Tuduhan mereka itu atas dasar disinformasi dan kebohongan. Hal tersebut merupakan motif politik, yang dengan sengaja diciptakan untuk mencoreng China," lanjut Kedutaan Besar China dalam pernyataannya.

Tidak perduli dengan bantahan China, Andrews terus mendesak Australia untuk segera menegakkan hukum terhadap kasus perbudakan modern dan mengidentifikasi adanya unsur kerja paksa terhadap muslim Uighur.

Namun, hingga saat ini, belum diputuskan secara jelas terkait kapan diselenggarakannya pemungutan suara mosi itu.

Baca Juga: Song Hye Kyo dan Jang Ki Yong Akan Mulai Jalani Syuting 'Now, We Are Breaking Up' Bulan Depan, Ini Lokasinya

Anne Stanley, seorang anggota parlemen dari Partai Buruh mengungkapkan setidaknya terdapat 3.000 muslim Uighur yang berada di Australia merasa putus asa dan cemas.

"Sebagian besar muslim Uighur yang tinggal di Australia bertanya-tanya mengenai kabar saudaranya yang berada di Xinjiang, yang sudah lama tidak terdengar selama bertahun-tahun," kata Stanley, yang mewakili Werriwa di Sydney Barat di hadapan parlemen.

"Mereka yang di sini tidak tahu apakah saudaranya yang di Xinjiang masih hidup atau sudah tiada," lanjut Stanley dalam pernyataannya.

Baca Juga: Hari Ini, Pengumuman Hasil Seleksi SNMPTN 2021

Sebelumnya, pakar HAM PBB dan sejumlah aktivis HAM menduga China telah menahan 1 juta Muslim Uighur di kamp-kamp Xinjiang.

China tetap menyangkal tuduhan itu dan mengatakan adanya kamp-kamp tersebut untuk memberikan pelatihan kejuruan yang diperlukan untuk memerangi ekstremisme.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Sumber: REUTERS


Tags

Terkait

Terkini

x