Baca Juga: Menjelang Tahun Baru Nowruz, Iran Dibayangi Gelombang Covid-19
Hingga saat ini, juru bicara pemerintah militer Myanmar tidak dapat dihubungi untuk memberikan respon atas peristiwa berdarah itu.
Namun, juru bicara pemerintah militer sebelumnya hanya menyatakan bahwa pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan senjata apabila diperlukan.
Meski demikan, negara-negara Barat telah berulang kali mengutuk tindakan kudeta itu yang menimbulkan kekerasan terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi.
Baca Juga: Kebencian Anti Asia di AS Meningkat Tajam, Orang Asia Desak Joe Biden Cari Solusi
Baca Juga: Seruan Indonesia tak Diindahkan, Militer dan Polisi Myanmar Tembak Mati 8 Demonstran
Negara-negara tetangga Asia yang selama bertahun-tahun bungkam untuk menghindari urusan internal negara lain pun juga mulai angkat bicara.
Kutukan atas pengambilalihan kekuasan itu tampaknya belum membuat junta militer untuk mengakhiri tindakannya.
Sementara itu, pemimpin kudeta militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing mulai mengunjungi pulau-pulau Coco, salah satu pos terdepan paling strategis di Myanmar yang berada di 400 km (250 mil) selatan Yangon pada Sabtu, 20 Maret 2021.