SEPUTARTANGSEL.COM - Pemerintah China diduga telah mencuri data pribadi sebanyak 80 persen warga dewasa Amerika Serikat, menurut laporan 60 minutes.
Bill Evanina, mantan direktur National Counterintelligence and Security Center Amerika Serikat mengatakan kepada CBS pada hari Minggu, 31 Januari 2021, memperingatkan bahwa pemerintah Beijing sedang berupaya mengumpulkan dan memanfaatkan data kesehatan yang juga meliputi DNA.
Menurut pejabat intelejen, BGI Group, firma biotech terbesar di dunia telah memberi Washington dan empat negara bagian lainnya tawaran membangun laboratorium pengujian Covid-19 yang canggih.
Baca Juga: Gubernur NTB Langgar Prokes Covid-19 Renang Bareng OPD, Kasatpol PP Masih Dalami Kasusnya
Baca Juga: Dunia Hiburan Kembali Berduka, Artis Sinetron Tersanjung ini Wafat karena Covid-19
Firma dari China ini juga berjanji untuk menyediakan keahlian teknis dan urutan hasil yang tinggi, serta memberikan sumbangan tambahan kepada negara-negara bagian tersebut.
Tawaran itu menimbulkan kecurigaan yang mendorong Evanina untuk memberi peringatan kepada negara-negara bagian itu agar tidak menerima tawaran BGI Group.
"Kekuatan asing dapat mengumpulkan, menyimpan dan memanfaatkan informasi biometrik dari data uji Covid-19," menurut sebuah nasihat tertulis. "Setelah mengetahui bahwa BGI Group adalah perusahaan China, apakah kita paham ke mana data itu akan dikumpulkan?"
Evanina juga mengklaim China menggunakan "cara yang tidak terhormat" dalam mencuri data dari negara-negara asing. Salah satunya adalah dengan meretas perusahaan dan teknologi terkait kesehatan, seperti smart home, sensor dan jaringan 5G untuk mengumpulkan data pribadi Amerika Serikat.