Terlalu, Satuan Polisi Anti Perampokan Ini Malah Merampok Warga

11 Oktober 2020, 14:30 WIB
Kondisi jalanan di Nigeria /Foto: Unsplash/Joshua Oluwagbemiga/

SEPUTARTANGSEL.COM - Bukannya melindungi warga dari tindak kriminal, unit khusus kepolisian anti perampokan dan penculikan ini justru dilaporkan merampok warga.

Gara-gara sering terjadi penyimpangan seperti itu, warga pun berdemo menuntut unit khusus tersebut untuk dibubarkan.

Kisah-kisah serupa bertebaran di media sosial akhir-akhir ini bersamaan dengan para demonstran yang mengisi jalanan kota-kota Nigeria.

Baca Juga: AJI: Aparat Sengaja Bertindak Represif Untuk Hilangkan Bukti Kekerasan

Pemerintah Nigeria dituntut untuk membubarkan satuan yang disebut sering berbuat apa yang seharusnya mereka cegah.

Salah satu kisah adalah tentang petugas kepolisian yang menuduh Dare Olaitan, film maker berusia 29 tahun asal kota Lagos, Nigeria, berkendara dengan kecepatan tinggi.

Merasa tidak percaya, Olaitan pun meminta bukti pelanggarannya.

"Lalu mereka menampar saya, merampas handphone dan kunci kendaraan dan berkata 'Kita akan pergi ke ATM'," ungkap Olaitan, dikutip Seputartangsel.com dari The Washington Post.

Baca Juga: Sempat Viral, Begini Kelanjutan Kasus Mobil Dinas TNI yang Dipakai Warga SIpil

Sekumpulan pria berkendara mobil van tidak bertanda yang memberhentikan Olaitan itu adalah anggota Special Anti-Robbery Squad (SARS).

Unit kepolisian Nigeria ini ditugaskan menumpas kejahatan kriminal seperti perampokan dan penculikan selama tiga dekade terakhir.

 

Berbagai kelompok aktivis Hak Asasi Manusia bertahun-tahun telah berkampanye melawan SARS, namun video kekerasan yang muncul minggu ini menjadi bukti baru akan kekejaman polisi.

Baca Juga: Ramai Demo Omnibus Law, Ini Sikap Tegas Melly Goeslaw

Sejumlah selebriti Nigeria pun ikut bersuara dengan hashtag #EndSARS yang viral di Nigeria.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari melalui tweetnya pada Jumat 9 Oktober 2020 lalu menyatakan akan melakukan investigasi terhadap satuan tersebut.

"Tekad kami untuk mereformasi kepolisian tidak bisa diragukan."

"Mayoritas besar pria dan wanita kepolisian Nigeria adalah patriotik dan komitmen dalam melindungi kehidupan dan mata pencaharian warga Nigeria, dan kami akan terus mendukung pekerjaan mereka", tambahnya.

Baca Juga: Cikeas Dituduh Dalangi dan Danai Demo Omnibus Law, Demokrat: Itu Fitnah dan Hoaks!

Sebelumnya, petugas SARS telah dilarang untuk melakukan stop-and-search (hentikan dan geledah) dengan pakaian biasa.

Pejabat keamanan juga melarang titik pengecekan, yang sering difoto para netizen di Twitter untuk mengingatkan yang lainnya.

Dua agen kepolisian telah ditangkap atas tuduhan penyelewangan kerja, meliputi pemerasan.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Tak Jelas Kapan Berakhir, 150.000 Karyawan Microsoft Bakal WFH Permanen

Kepolisian juga mengajak warga untuk memberi informasi apabila mengalami hal yang serupa.

Selama tiga tahun terakhir Amnesty International mencatat 82 kasus kekerasan satuan tersebut, yang meliputi "penggantungan, eksekusi pura-pura, pemukulan, peninjuan dan penendangan, membakar dengan puntung rokok, waterboarding" dan taktik lainnya, berdasarkan laporan bulan Juni lalu.***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler