SEPUTARTANGSEL.COM - Penampakan Langit di kota Beijing berubah menjadi kekuningan. Sementara itu, matahari menjadi berwarna biru.
Hal ini lantaran China telah dilanda badai pasir kedua, yang sebelumnya telah diperingatkan oleh Badan Meteorologi China pada Jumat, 25 Maret 2021 lalu.
Dalam pernyataan lembaga tersebut, bahwa badai pasir berpotensi menyebar dari Mongolia hingga ke provinsi China utara lainnya, termasuk Mongolia Dalam, Shanxi, Liaoning dan Hebei.
Baca Juga: Sindir KSP Moeldoko untuk Pelajari Partai Demokrat, Ricky Kurniawan: Perusak Demokrasi Sesungguhnya
Akibat badai pasir yang melanda selama dua pekan terakhir itu, membuat udara di kota Beijing menjadi tercemar, dimana mengandung partikel-partikel berbahaya.
Menurut laporan indeks kualitas udara, menyebutkan tingkat polusi udara di Beijing mengalami peningkatan menuju ke level maksimum 500 pada Minggu, 28 Maret 2021.
Sejumlah pemandangan gedung-gedung pencakar tinggi pun kini diselimuti debu tebal. Para pejalan kaki juga terpaksa menutup mata saat adanya hembusan debu di sepanjang jalan.
Baca Juga: Politisi Demokrat Andi Arief: Bagi Moeldoko, Masa Lalu dan Masa Depan Selesai dengan Membeli Partai
Baca Juga: Korban Kebakaran Kilang Pertamina Balongan, 20 Orang Luka dan 3 Orang Masih Dalam Pencarian
Adapun dampak dari debu tebal itu juga berimbas pada sejumlah jadwal penerbangan yang terpaksa untuk di batalkan.
Badan Meteorologi China mengatakan, badai pasir yang menyelimuti Beijing itu berasal dari Mongolia, yang dimana suhu udara jauh relatif lebih hangat pada musim semi.
Adapun dampak dari debu tebal itu juga berimbas pada sejumlah jadwal penerbangan yang terpaksa untuk di batalkan.
Baca Juga: Jelang Ramadhan Wali Kota Tangerang Melarang Kegiatan Buka Puasa Bersama dan Sahur On The Road
Baca Juga: Kapolri Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Katedral Makassar Jaringan JAD
Namun, Zhang Tao, selaku Kepala Pusat Meteorologi Observatorium mengatakan dinamika badai pasir dan transmisi debu berangsur membaik.
"Dinamika badai pasir dan transmisi sudah cukup baik," kata Zhang Tao, seperti dikutip Seputartangsel.com dari The Guardian pada Senin, 29 Maret 2021.
Menurut penuturan Zhang, China bagian utara dan barat laut memang sedikit dituruni oleh salju maupun hujan.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Keluarkan Tuntunan Ibadah Ramadan 1442 H Dalam Kondisi Darurat Covid-19
Selain itu, sejak Februari 2021, suhu di kedua wilayah itu meningkat lebih tinggi, yang menyebabkan kekeringan dan badai debu, akibat adanya dorongan angin yang lebih kuat daripada biasanya.
"Temperatur rata-rata di Mongolia dan China utara mencapai sekitar 6 derajat celcius yang lebih tinggi dari biasanya," sambung Zhang dalam pernyataannya.***