Junta Myanmar Mengancam akan Menggunakan Kekerasan pada Para Demonstran

23 Februari 2021, 11:26 WIB
Demonstrasi dan Pembangkangan Sipil Makin Meluas, Junta Myanmar Mengancam akan Melakukan Kekerasan / Foto: EPA dari Lynn Bo Bo/

SEPUTARTANGSEL.COM – Krisis di Myanmar pasca kudeta terhadap PM terpilih Aung San Suu Kyi terus berlanjut. Junta Myanmar mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap para demonstran.

Hal tersebut diumumkan Junta Militer Myanmar, setelah sebelumnya mengeluarkan larangan berkumpul lebih dari 5 orang. Selama sepekan, Junta juga terus mematikan internet di malam hari.

Ini dilakukan untuk mengurangi seruan.

Baca Juga: Artis Marcella Daryanani Menikah Muda, Ini 5 Artis yang Juga Melakukannya

Baca Juga: Program Magister Terapan di STIP Jakarta Resmi Dapat Izin Pembukaan

Apalagi diisukan, pada Senin 22 Februari 2021, yang dianalogikan 22-2-2021 akan terjadi pengumpulan massa secara besar-besaran. Para demonstran menyamakan peristiwa yang terjadi dengan kejadian puluhan tahun lalu, 8 Agustus 1998 atau 8-8-1998.

Aksi protes terus dilanjutkan mengiring pembangkangan sipil.

Sejak tanggal 1 Februari ketika kudeta militer menahan Aung San Suu Kyi karena dugaan kecurangan sipil, banyak pekerja melakukan pemogokan.

Baca Juga: SE Kapolri Tentang UU ITE, Pidana Upaya Terakhir, Kedepankan Mediasi

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Di seluruh negeri, seruan Pembangkangan Sipil disambut. Staf kereta api, dokter, guru, pegawai bank, dan pekerja pabrik mogok massal. Tujuannya satu, melumpuhkan perekonomian negara hingga tuntutan dipenuhi.

Meski mendapat ancaman, ribuan orang Myanmar memenuhi tempat-tempat terbuka.

Di Yangon, Hledan Junction, Mandalay, hingga Kota Bhamo yang berbatasan dengan Cina dipenuhi arus demonstran. Mereka terdiri dari arus mahasiswa, aktivis, dan pekerja.

Baca Juga: Di Sini Formulir Daftar Online Untuk Vaksinasi Covid-19 Lansia

Baca Juga: Antusias Lansia Untuk Imunisasi Covid-19 Tinggi, Antrean di RSUD Kembangan, Jakarta Barat Mengular

Ancaman Junta Myanmar tidak dihiraukan.
“Maka itu akan menjadi perang saudara. PBB dan NATO tidak akan pernah datang. Kami akan melanjutkan dengan damai. Kami hanya ingin demokrasi dan pemimpin kami kembali. Kami siap mati untuk itu,” ujar Min, 41 seorang pelaut yang secara sukarela menjadi pemungut sampah dilansir SeputarTangsel.Com dari The Guardian.

Masih menurut Min, gelombang demonstrasi tidak akan berhenti. Pembunuhan terhada 3 orang sebelumnya makin membulatkan tekad.

Salah seorang yang tewas adalah remaja di Mandalay, Sabtu 21 Februari 2021.

Baca Juga: Update Kode Redeem FF Free Fire Terbaru 23 Februari 2021, Segera Klaim Banyak Hadiah Menarik

Baca Juga: Klaim Sekarang Kode Redeem ML Mobile Legends Terbaru 23 Februari 2021, Banyak Hadiah Menarik

Peristiwa terjadi di Mandalay, di mana pasukan garis depan membubarkan massa dengan peluru tajam. Selain itu, pasukan keamanan juga menembak ambulans yang lewat membawa korban. Sementara gas air mata ditembakkan ke rumah-rumah terdekat.

“Dari meriam air mata hingga peluru karet dan gas air mata. Sekarang pasukan juga menembakkan peluru ke pengunjuk rasa damai,” ujar Tom Andrews, tim investigasi PBB yang berada di Myanmar.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini 23 Februari 2021, Lengkap mulai GTV, TransTV, SCTV, Trans7, RCTI, ANTV hingga NET

Baca Juga: Kemenag dan Kemenlu Siap Kenalkan Moderasi Beragama Ke Masyarakat Dunia

Sebagai upaya mencegah perluasan, Senin ini pasukan telah membuat penghalang jalan di lokasi-lokasi utama kota. Jalan dan jembatan yang berhubungan dengan kedutaan asing juga diblokir. ***

 

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler