Tiongkok Semakin Agresif terhadap Taiwan, Joe Biden Diminta Untuk Bertindak Cegah Perang di Laut China Selatan

20 Februari 2021, 10:06 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden / Instagram/@joebiden/

SEPUTARTANGSEL.COM - Sebuah laporan yang telah dirilis oleh Council on Foreign Relation (CFR) menjadi sebuah peringatan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk segera mengambil tindakan hadapi "krisis parah" di Laut Natuna Utara.

Laporan peringatan ini ditandai dengan sikap Tiongkok atau China yang semakin agresif terhadap Taiwan dan berpotensi menjadi titik konflik yang berbahaya bagi AS.

CFR telah mengamati adanya potensi risiko perang di Taiwan yang telah berubah menjadi konflik tingkat atas.

Baca Juga: Pekan Depan Pemerintah Distribusikan Vaksin untuk Lansia, Perhatikan Cara Mendaftarnya

Baca Juga: Uji Coba Tahap II Vaksin Nusantara Segera Digelar, Simak Kelebihannya Menurut Dahlan Iskan

Para Ahli yang turut andil dalam laporan CFR itu mengungkapkan, khususnya Taiwan yang sedang bertumbuh menjadi titik konflik yang dapat membahayakan dunia.

Hal tersebut berpotensi melibatkan AS, China, dan mungkin sejumlah negara-negara adidaya lainnya.

Biden telah didesak untuk mengubah dan mengklarifikasi strategi Indo-Pasifik sebagai upaya pencegahan kemungkinan terjadinya konflik.

Baca Juga: Beberapa Pemukiman dan Jalan di Jakarta Tergenang Akibat Hujan Dini Hari, Ini Titik Banjirnya

Baca Juga: Puluhan Paus Mati Terdampar di Wilayah Pantai Selatan Madura

Para Ahli juga menambahkan bahwa tujuan strategis oleh AS mengenai Taiwan harus dapat mempertahankan otonomi politik dan ekonomi, kedinamisan masyarakat yang bebas, dan mencegah hadirnya sekutu-sekutu AS.

Beijing menilai Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan harus bersatu kembali dengan China. Tentu saja Presiden Xi Jinping akan mengambil tindakan paksa secara militer apabila Taiwan enggan tunduk.

Pada bulan Januari 2021, China tengah meningkatkan latihan militer di dekat Taiwan disertai dengan serangan berulang kali ke wilayah Taiwan.

Baca Juga: Kepada Teten Masduki, Shopee Sampaikan Dominasi Pedagang Lokal dan UMKM di Platform adalah 97 Persen

Baca Juga: Pelajar 16 Tahun Mampu Retas Data Base Kejagung, Begini Kronologinya

Selusin pembom dan jet tempur dikerahkan di atas Selat Taiwan untuk menggertak pemerintahan Taipei.

Wu Qian yang merupakan juru bicara Kementerian Pertahanan China mengatakan bahwa kemerdekaan Taiwan pertanda akan terjadinya perang.


"Kegiatan militer yang dilakukan oleh militer China PLA di Selat Taiwan merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi keamanan saat dan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional," tegas Wu Qian  seperti dikutip Seputartangsel.com dari Express pada Sabtu, 20 Februari 2021.

Baca Juga: Kabar Mengejutkan Kalina Ocktaranny Batal Nikah Dengan Vicky Prasetyo, Ada Apa?

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini 20 Februari 2021, Lengkap mulai Trans7, TransTV, SCTV, GTV, NET TV, ANTV hingga RCTI

Wu Qian memberi peringatan bagi pihak eksternal yang berniat untuk campur tangan dan provokasi oleh pasukan kemerdekaan Taiwan.

Sementara itu, Biden telah menyatakan bahwa dirinya sepenuhnya mendukung kemerdekaan Taiwan dari China. Hal tersebut serupa dengan kebijakan Donald Trump sebelumnya.

Dalam percakapan panggilan telepon dengan Xi Jinping, Biden kembali menegaskan atas komitmennya dalam mendukung Taiwan.

Baca Juga: Kapolda Banten Imbau Masyarakat yang Dirugikan Mafia Tanah, Kontak Satgas

Baca Juga: Waspada, 20 Hingga 21 Februari DKI Diperkirakan Hujan Ekstrem pada Dini Hari

Biden mengungkapkan dirinya turut prihatin terhadap praktik ekonomi Beijing, pelanggaran HAM, dan tindakan pemaksaan terhadap Taiwan.

"Saya mengatakan kepada dia (Xi Jinping), akan bekerja sama dengan China jika hal itu menguntungkan rakyat Amerika," tutur Biden.

Ketika ditanya dalam wawancara, Biden memandang hunungan AS dengan China saat ini sebagai persaingan ekstrem.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Tags

Terkini

Terpopuler