China Telah Curi Data Pribadi 80% Warga Dewasa Amerika

1 Februari 2021, 21:27 WIB
Teknisi bekerja di laboratorium pengujian genetik BGI, yang sebelumnya dikenal sebagai Institut Genomik Beijing, di Kunming, provinsi Yunnan, Cina 26 Desember 2018. Gambar diambil pada 26 Desember 2018. /Foto: REUTERS/Stringer/

SEPUTARTANGSEL.COM - Pemerintah China diduga telah mencuri data pribadi sebanyak 80 persen warga dewasa Amerika Serikat, menurut laporan 60 minutes.

Bill Evanina, mantan direktur National Counterintelligence and Security Center Amerika Serikat mengatakan kepada CBS pada hari Minggu, 31 Januari 2021, memperingatkan bahwa pemerintah Beijing sedang berupaya mengumpulkan dan memanfaatkan data kesehatan yang juga meliputi DNA.

Menurut pejabat intelejen, BGI Group, firma biotech terbesar di dunia telah memberi Washington dan empat negara bagian lainnya tawaran membangun laboratorium pengujian Covid-19 yang canggih.

Baca Juga: Gubernur NTB Langgar Prokes Covid-19 Renang Bareng OPD, Kasatpol PP Masih Dalami Kasusnya

Baca Juga: Dunia Hiburan Kembali Berduka, Artis Sinetron Tersanjung ini Wafat karena Covid-19

Firma dari China ini juga berjanji untuk menyediakan keahlian teknis dan urutan hasil yang tinggi, serta memberikan sumbangan tambahan kepada negara-negara bagian tersebut.

Tawaran itu menimbulkan kecurigaan yang mendorong Evanina untuk memberi peringatan kepada negara-negara bagian itu agar tidak menerima tawaran BGI Group.

"Kekuatan asing dapat mengumpulkan, menyimpan dan memanfaatkan informasi biometrik dari data uji Covid-19," menurut sebuah nasihat tertulis. "Setelah mengetahui bahwa BGI Group adalah perusahaan China, apakah kita paham ke mana data itu akan dikumpulkan?"

Evanina juga mengklaim China menggunakan "cara yang tidak terhormat" dalam mencuri data dari negara-negara asing. Salah satunya adalah dengan meretas perusahaan dan teknologi terkait kesehatan, seperti smart home, sensor dan jaringan 5G untuk mengumpulkan data pribadi Amerika Serikat.

Baca Juga: Wah, FT UI Kembangkan Alat Purifikasi Udara Plasma Dingin, Bisa Usir Virus Corona?

Baca Juga: Menarik, Simak Program Daur Ulang Sampah yang Membuat Telkom Raih Penghargaan BCOMSS

"Estimasi saat ini sekitar 80 persen data pribadi yang bisa diidentifikasi milik warga dewasa Amerika Serikat telah dicuri oleh partai Komunis China," ungkapnya.

Informasi yang terkumpulkan dari berbagai teknologi, ketika dikombinasikan dengan data biometrik seseorang, bisa digunakan untuk melangkahi para dokter dan membuat monopoli perawatan dan obat-obatan yang dapat memperbagus kesehatan seseorang.

Sistem yang sama diduga telah digunakan pemerintah China untuk mengidentifikasi dan mengekang warga Muslim etnis Uyghur. Dengan kedok pengecekan, para pejabat China mengkoleksi data DNA yang dapat membantu mereka menyasar anggota keluarga lainnya, dan memperbagus akurasi software pendeteksi wajah.

Pada bulan Juli 2020, Departemen Perdagangan AS memberi sanksi kepada dua anak perusahaan BGI Group atas keterlibatannya dalam penindasan etnis Uyghur.

Baca Juga: Unggah Foto Santai Nikmati Secangkir Kopi, Susi Pudjiastuti Curhat: Bete Sama Semuanya

Baca Juga: AHY Duga Ada Keterlibatan Menteri Jokowi Dalam Gerakan Pengambilalihan Paksa Kepemimpinan Partai Demokrat

Dikutip Seputartangsel.com dari International Business Times 1 Februari 2021, BGI Group juga telah merilis pernyataan yang menentang klaim Evanina dan menolak dugaan-dugaan tersebut.

"Adanya Ide bahwa data genomik warga Amerika dalam keadaan bahaya oleh aktivitas BGI di Amerika Serikat adalah sebuah klaim tanpa dasar," kata BGI dalam sebuah pernyataannya.

Pemerintah Beijing sebelumnya telah dituduh melanggar privasi. Pada bulan Juli 2020, The New York Times melaporkan bahwa kepolisian di China menggunakan peralatan Amerika Serikat untuk mengumpulkan contoh darah dari setiap anak laki-laki dan pria dewasa dalam sebuah upaya membangun peta genetik populasi laki-laki China.

Sebuah perusahaan Amerika Thermo Fisher telah membantu membuat dan menyediakan perlalatan tes kepaa kepolisian China untuk mengumpulkan contoh darah tersebut.***

Editor: Ihya R. Azzam

Tags

Terkini

Terpopuler