Wall Street Kembali Bangkit di Tengah Krisis Rusia-Ukraina

- 10 Maret 2022, 07:16 WIB
Ilustrasi saham Wall Street
Ilustrasi saham Wall Street /Pixabay/Geralt/

SEPUTARTANGSEL.COM - Wall Street sempat mengalami kemunduran di tengah krisis Rusia-Ukraina pada Rabu pagi.

Sedangkan pada hari Kamis 10 Maret 2022 pagi ini, saham-saham di Wall Street AS mulai menguat menjadi 2 persen dari hari sebelumnya.

Dipimpin oleh saham keuangan dan teknologi, melihat penurunan dalam beberapa hari kemarin, itu disebabkan oleh harga minyak yang turun tajam setelah memicu ketakutan inflasi dan investor mengukur perkembangan dalam krisis Ukraina.

Baca Juga: Imbas Serang Ukraina, NYSE Hentikan Perdagangan Saham Berbasis di Rusia

Dilansir SeputarTangsel.Com dari Antara pada Kamis, 10 Maret 2022, indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 653,61 poin atau 2,00 persen, menjadi menetap di 33.286,25 poin.

Indeks S&P 500 bertambah 107,18 poin atau 2,57 persen, menjadi berakhir di 4.277,88 poin.

Indeks Komposit Nasdaq melambung 460,00 poin atau 3,59 persen, menjadi ditutup di 13.255,55 poin.

Baca Juga: Vladimir Putin Minta Pemegang Saham Rusia Mengambil Langkah Strategis, Efek Nilai Tukar Rubel Hancur

Kapasitas untuk perdagangan saham di bursa Amerika Serikat telah mencapai 14 miliar saham dengan nilai rata-rata 13,6 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Indeks S&P 500 mencatat bahwa kenaikan persentase satu hari terbesar sejak Juni 2020, sementara Nasdaq mencatat kenaikan terbesar sejak Maret 2021.

Kelompok teknologi kelas berat dan keuangan merupakan sektor S&P 500 dengan keuntungan tertinggi, yaitu masing-masing terangkat 4 persen dan 3,6 persen.

Sektor energi yang telah menjadi pemain sektor yang menonjol pada tahun 2022, mulai merosot menjadi 3,2 persen karena harga patokan minyak mentah Brent telah turun menjadi sekitar 110 dolar AS per barel dari lebih dari 130 dolar AS pada awal minggu.

Baca Juga: Ronaldo Geser Botolnya Bikin Saham Coca Cola Tergusur

Harga minyak global mencatat penurunan terbesar sejak awal pandemi hampir dua tahun lalu, setelah Uni Emirat Arab mengatakan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang akan mendukung peningkatan produksi ke pasar yang berantakan karena gangguan pasokan yang disebabkan oleh sanksi yang dikenakan pada Rusia atas konfliknya dengan Ukraina.

Kenaikan tajam pada minyak dan komoditas lainnya telah memicu kekhawatiran tentang goncangan lebih lanjut terhadap kenaikan inflasi dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Menurut kepala investasi di Greenwood Capital, Walter Todd, kenaikan minyak tersebut merupakan reli oversold pada pendinginan komoditas-komoditas.

"Saya pikir ini adalah reli oversold pada pendinginan komoditas-komoditas," ujar Walter.

"Saham telah dijual cukup agresif selama beberapa hari. Saya tidak tahu bahwa itu mengubah arah secara permanen," lanjutnya.

Hal ini juga berdampak pada saham Carnival Corp uang melonjak menjadi 8,8 persen dan United Airlines Holdings terangkat 8,3 persen.

Pada awalnya saham perjalanan dan liburan ini, telah terpukul keras baru-baru ini. Akibat invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukaraina.

Menurut ahli strategi investasi global untuk Commonwealth Financial Network, Anu Gaggar, dia mengungkapkan bahwa banyak saham-saham yang terpukul tetutama pada kelangsungan pertumbuhan pasar.

“Pasar sedang istirahat, berkonsolidasi dari tren turun yang telah membuat banyak saham benar-benar terpukul, terutama di sisi pertumbuhan pasar,” kata Anu Gaggar.

Banyak saham yang telah berjuang karena kekhawatirannya tentang krisis Rusia-Ukraina yang telah memperdalam aksi jual yang awalnya dipicu oleh kekhawatiran atas imbal hasil obligasi yang lebih tinggi karena Federal Reserve diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter tahun ini untuk melawan inflasi.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini