Dianggap Mengancam Privasi, Jutaan Pengguna Tinggalkan WhatsApp

25 Januari 2021, 20:10 WIB
Perubahan kebijakan privasi terbaru dari WhatsApp di awal bulan Januari lalu ini sempat memicu kekhawatiran akan privasi di antara para penggunanya. /Foto: WhatsApp/

SEPUTARTANGSEL.COM - Pembaruan kebijakan WhatsApp yang dijelaskan dengan kurang baik membuat jutaan penggunanya berpindah ke aplikasi alternatif seperti Signal dan Telegram.

Saking banyaknya pengguna yang meninggalkan aplikasi tersebut akhirnya memaksa WhatsApp untuk menunda penerapan kebijakan baru itu, yang sebelumnya dijadwalkan pada 8 Februari mendatang.

Di awal bulan Januari lalu jumlah pengguna aplikasi Signal bertambah sebanyak 7.5 juta orang di seluruh dunia. Angka tersebut didapat dari komite urusan dalam negeri parlemen Inggris. Sedangkan Telegram mengalami kenaikan pengguna sebanyak 25 juta.

Baca Juga: Bantah Habib Rizieq Sakit, Polri: Itu Bohong

Baca Juga: Cek Fakta: Pemilik SIM A dan C Dapat Bantuan Rp900 Ribu dari Pemerintah? Begini Lengkapnya

Kenaikan pengguna kedua aplikasi tersebut juga mengurangi jumlah pengguna WhatsApp. Data yang direkam oleh firma analitik App Annie menunjukkan jumlah pengguna WhatsApp jatuh secara drastis.

WhatsApp sebelumnya berada di urutan kedelapan aplikasi yang paling banyak diunduh di Inggris. Per tanggal 12 Januari 2021, aplikasi yang dimiliki oleh Facebook ini jatuh ke urutan ke-23.

Sementara itu Signal, meski per tanggal 6 Januari belum termasuk dalam 1.000 aplikasi teratas di Inggris, pada 9 Januari 2021 melesat ke urutan pertama aplikasi yang paling banyak diunduh di negara itu.

Baca Juga: KPK Diminta Hapus Status DPO Sjamsul Nursalim Oleh Maqdir Ismail, Kenapa?

Baca Juga: Lirik Lagu Satru - Denny Caknan Feat Happy Asmara, Lengkap Dengan Arti Bahasa Indonesia

Direktur kebijakan publik WhatsApp bagian Eropa Niamh Sweeney mengatakan kepada komite tersebut bahwa perpindahan itu diyakini terkait dengan pembaruan kebijakan privasi mereka.

Ia mengatakan pembaruan tersebut bermaksud untuk melakukan dua hal, yaitu memungkinkan fitur-fitur baru untuk olahpesan bisnis dan menyediakan kejelasan dan transparansi yang lebih besar mengenai kebijakan-kebijakan sebelumnya.

"Tidak ada perubahan pada pembagian data dengan Facebook di bagian manapun di seluruh dunia," ungkap Sweeney.

Namun setelah sebuah pesan viral di dunia maya, yang ironisnya menyebar di WhatsApp, yang berisi klaim bahwa kebijakan privasi tersebut akan memberikan kepada Facebook izin untuk membaca pesan pengguna, WhatsApp akhirnya menunda penerapan kebijakan layanan baru tersebut.

Baca Juga: Mantan Mensos Juliari Peter Batubara Ogah Kooperatif, Refly Harun Duga Ada Keterlibatan Struktur Lain

Baca Juga: Heboh, PDIP Bali Gelar Syukuran Tidak Jaga Jarak dan Suap-suapan Gunakan 1 Sendok

"Kami ingin menjelaskan bahwa pembaruan itu tidak akan mempengaruhi privasi pesan anda dengan teman-teman atau keluarga anda dalam bentuk apapun," kata WhatsApp dalam sebuah tulisan di websitenya.

Dikutip Seputartangsel.com dari The Guardian 25 Januari 2021, WhatsApp juga terlihat menggunakan layanan iklan Google untuk mengarahkan pencarian dengan kata kunci "Kebijakan Privasi WhatsApp" ke dalam tulisan itu.

Direktur wawasan pasar App Annie, Amir Ghodrati, menjelaskan bergerak dengan cepat sangatlah penting.

"Tipe-tipe pergeseran dalam aplikasi olahpesan dan jejaring sosial ini tidaklah biasa. Sehubungan dengan sifat dari aplikasi sosial dan bagaimana fungsi utamanya melibatkan berkomunikasi dengan lainnya, pertumbuhannya dapat seringkali bergerak dengan cepat, berdasarkan pada kejadian-kejadian saat ini," kata Ghodrati.

Baca Juga: Heboh, PDIP Bali Gelar Syukuran Tidak Jaga Jarak dan Suap-suapan Gunakan 1 Sendok

Baca Juga: Astagfirullah, Gunung Raung di Jatim Keluarkan Suara Gemuruh Keras, Terdengar dari Radius 16 Kilometer

"Kami telah melihat tumbuhnya permintaan selama beberapa tahun terakhir akan adanya olahpesan terenkripsi dan aplikasi yang bertujuan untuk menjaga privasi."

Pergereseran pengguna menuju aplikasi olah pesan yang lebih mengutamakan privasi telah meningkat sejak sebelum kesalahan yang dilakukan WhatsApp dalam mengumumkan perubahan kebijakannya, kata Ghodrati.

"Aplikasi olahpesan yang menyediakan fitur privasi mendapatkan pertumbuhan engagement di tahun 2020. Banyak dari aplikasi ini mengalami kenaikan pengguna aktif sebanyak 30 persen. Aplikasi seperti Signal, Telegram, Wickr, dan WhatsApp menyediakan fitur privasi dari enkripsi data end-to-end hingga self-destructing message," ungkap Ghodrati.

Ironisnya ketika dibandingkan dengan saingannya, Telegram, WhatsApp memiliki lebih banyak fitur khusus penjagaan privasi. WhatsApp mempunyai fitur enkripsi end-to-end yang mencegah provider layanan internet membaca isi pesan antar pengguna, kecuali pada pesan kepada akun pemilik usaha besar.

Sedangkan Telegram hanya menyalakan enkripsi tersebut pada fitur "chat rahasia", yang harus dinyalakan pengguna secara manual pada setiap kontak. Chat itu "hanya dikhususkan untuk orang yang menginginkan kerahasiaan lebih dibandingkan orang biasa," menurut penjelasan Telegram di bagian Frequently Ask Question-nya.***

Editor: Ihya R. Azzam

Tags

Terkini

Terpopuler