Waspada, IDI Sebut Ada Masker Abal-abal Menjadi Pemicu Penyebaran Covid-19, Ini Penjelasannya

10 Maret 2021, 10:36 WIB
Ilustrasi seorang perempuan memakai masker. /Foto: Pixabay/mohamed_hassan/


SEPUTARTANGSEL.COM - Penggunaan masker di masa pandemi Covid-19 sudah menjadi keharusan bagi setiap individu.

Memakai masker dapat mencegah penyebaran Covid-19 yang kerapkali menyebar melalui droplet.

Namun, masker yang beredar di masyarakat ada sebagian yang memiliki kualitas abal-abal sehingga tidak dapat mencegah penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Presiden Joe Biden Hapus Kebijakan Pendahulunya, Donald Trump yang Larang Muslim Masuk AS, Begini Lengkapnya

Baca Juga: CEK FAKTA: Covid-19 Dapat Diobati dengan Uap Air Panas Hasil Rebusan Jahe

Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan, masker yang memiliki kualitas abal-abal adalah yang tidak memiliki kemampuan protektif partikular atau medical grade.

"Banyak contohnya masker yang medical grade, misalnya N95, KF94, KN95 atau masker-masker lain yang medical grade. Ini perlu kita sosialisasikan, karena banyak nakes yang tidak paham yang medical grade dan mana yang tidak," ujar Daeng dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Rakornas PB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2021 di Jakarta, Selasa 9 Maret 2021.

Banyaknya tenaga kesehatan yang juga belum memahami kualitas dari masker yang dipakai menjadi kekhawatiran bagi Daeng, Ia merasa prihatin jika tenaga kesehatan harus terpapar Covid-19 akibat masker yang digunakan.

Baca Juga: Komentari Moeldoko Jadi Ketum Versi KLB Demokrat, Herman Khaeron: Sepertinya Ada Pihak Lain Persekongkolannya

Baca Juga: Mengenal Hipospadia yang Menyebabkan Aprilia Manganang Dikira Berjenis Kelamin Perempuan

Dengan demikian, aparat keamanan diminta untuk menertibkan masker berkualitas abal-abal yang tidak medical grade di lapangan, agar keamanan masyarakat dan tenaga medis terjamin.

Selain meminta menertibkan masker abal-abal, Daeng mengatakan bahwa IDI saat ini tengah mengampanyekan penurunan transmisi virus di dalam ruangan praktek tenaga kesehatan dengan pembersihan udara.

Pasalnya, setiap pasien yang positif atau sekali pun Orang Tanpa Gejala (OTG) menurut Daeng, berpotensi menularkan virus meski tanpa berbicara atau tanpa mengeluarkan kata-kata.

Baca Juga: Kasus Penembakan 6 Laskar FPI, Mahfud MD: Yang disampaikan Sebatas Keyakinan, Bukan Bukti

Baca Juga: Dipastikan Laki-Laki, Aprilia Manganang Akan Ubah Identitas dan Ganti Nama

Akibatnya, kemungkinan terbesar adalah terpaparnya tenaga kesehatan dengan jumlah yang besar akan terus berlangsung.

"Kalau tidak ada strategi penurunan udara atau tidak ada pembersihan udara di ruangan tersebut, atau penyaringan udara secara baik, maka akan semakin mudah tenaga kesehatan kita setiap hari menghirup virus yang ada di ruangan itu," ungkapnya.***

Editor: Muhammad Hafid

Tags

Terkini

Terpopuler