SEPUTARTANGSEL.COM - Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia bukan semata untuk upaya mendamaikan kedua negara.
Namun, demi menjaga agar pemulihan ekonomi global yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 tidak terkendala oleh perang.
Presiden Jokowi dengan kata lain meneguhkan sikap Indonesia sebagai Presidensi G20 bahwa G20 merupakan forum ekonomi, bukan politik.
Baca Juga: Yenny Wahid Sebut Misi Jokowi ke Rusia Tak Bisa Ditafsirkan Gagal: Banyak sasaran yang Ingin Dicapai
Hal itu diungkapkan oleh pakar perdagangan, ekonomi dunia dan politik internasional UGM, Riza Noer Arfani.
Menurut Riza, kunjungan tersebut sangat strategis karena Indonesia saat ini tengah memegang Presidensi G-20.
“Saya melihat maknanya sangat strategis. Kunjungan ini bermakna bahwa Presiden Jokowi atau Indonesia serius dalam hal itu, karena semua sepakat bila Forum G-20 adalah forum ekonomi bukan forum politik," ujarnya di kampus Fisipol UGM, Jumat, 1 Juli 2022.
Dikutip SeputarTangsel.Com dari laman resmi UGM, kritik bahkan kecaman dari negara-negara barat karena mengundang Presiden Putin dalam Forum KTT G20 di bulan September mendatang, tak mengubah pendirian Presiden Jokowi bahwa Forum G20 adalah forum ekonomi.
"Oleh karenanya, kunjungan tersebut merupakan upaya mendamaikan dalam konteks pemulihan ekonomi," tegas Riza.
Riza menandaskan, kunjungan tersebut betul-betul bermakna dan strategis karena pemulihan ekonomi yang sudah digagas sejumlah pihak, termasuk negara anggota G20 saat ini sangat terancam akibat peperangan.
Jika perang ini berlangsung lama, lanjutnya, tentu akan sangat berdampak pada 3 sektor penting, yaitu sektor pangan, energi dan sektor kesehatan.
Problem pangan, kata Riza, sudah disampaikan Presiden Jokowi pada Forum G7 bahwa persoalan ini telah mengancam negara-negara sedang berkembang karena jika rantai pasok pangan terganggu maka berdampak pada naiknya harga-harga bahan pokok.
Baca Juga: Jokowi Sebut Indonesia Tak Punya Kepentingan dalam Perang Rusia dan Ukraina Usai Temui Putin
Kondisi tersebut tentu sangat berpengaruh pada negara-negara yang sedang berkembang.
Demikian pula soal energi secara pelan berpengaruh terhadap negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia karena adanya gejolak harga minyak akibat perang.
Sanksi terhadap Rusia akibat peperangan ini menimbulkan ketidakpastian harga energi global terutama minyak.
“Kalau tidak ada langkah-langkah terobosan terhadap perang ini kemungkinan harga minyak akan terus naik bisa menimbulkan resesi global dan stagflasi," ungkap Riza.
"Menimbulkan fenomena inflasi yang tinggi dibarengi dengan kemandekan ekonomi. Itu makna strategis kunjungan yang berkaitan dengan energi," tambahnya.
Berbicara geopolitik atau situasi kawasan, kata Riza, kunjungan Presiden Jokowi tidak akan terlalu nampak karena permasalahan tanggung jawabnya lebih banyak di negara-negara besar.
Secara geografis, di Eropa, Asia Tenggara atau Asia pada umumnya tidak terlalu nampak pengaruhnya, kecuali jika perang berlanjut dengan menggunakan persenjataan nuklir.
“Itu efek beratnya mungkin bisa memicu perang dunia ketiga. Tapi proyeksi saya itu agak jauh karena ini lebih banyak dibatasi dampaknya agar secara geografis tidak sampai meluas ke kawasan-kawasan lain," terangnya.***