"Tapi sebaliknya, ada Presiden yang dipilih dengan harapan mampu menjaga demokrasi dan kebhinekaan, tapi justru setelah terpilih kedua kali, indikator demokrasinya menurun," kata Ray Rangkuti, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun pada Senin, 18 April 2022.
Menurut Ray Rangkuti, hal ini merupakan persoalan yang penuh didalami.
Pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengaku heran dengan kondisi perpolitikan saat ini.
"Saya juga nggak mengerti kenapa Pilkada yang penuh dengan isu SARA di 2017, tapi mampu melahirkan orang yang relatif melincahkan demokrasi," ujarnya.
"Sementara calon pemimpin yang dianggap mampu mengembangkan demokrasi, tapi setelah terpilih justru di tangannya demokrasi semakin menurun," kata Ray Rangkuti menambahkan.***