Dokter Eva Sri Diana Unggah Video Penjelasan Sanksi Pemecatan Dokter Terawan dari IDI: Datanya Hanya Testimoni

- 6 April 2022, 21:25 WIB
Dokter Gregory Budiman jelaskan soal Cuci Otak dan Vaksin Nusantara dokter Terawan, data tak jelas hanya testimoni semata
Dokter Gregory Budiman jelaskan soal Cuci Otak dan Vaksin Nusantara dokter Terawan, data tak jelas hanya testimoni semata /tangkapan layar @_Sridiana_3va/

SEPUTARTANGSEL.COM- Sanksi pemecatan dokter Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) masih menjadi perdebatan publik. 

Beberapa pejabat memberikan testimoni mengenai terapi yang dilakukan dokter Terawan, mengaku merasakan manfaatnya. 

Meski begitu dokter Eva Sri Diana Chaniago, dokter yang juga aktivis kesehatan melalui akun twitternya @__Sridiana_3va tetap memberikan dukungan pada keputusan IDI. 

Ia mengemukakan alasannya dengan mengunggah video penjelasan yang dilakukan oleh dokter Gregory Budiman, MBiomed. 

Baca Juga: Marshel Widianto, Komedian Inisial M yang Beli Konten Dea OnlyFans, Akan Diperiksa di Polda Metro Jaya Besok

"Sahabat, sedikit gambaran mengenai kasus dr TAP. Jadi jangan ngegas dulu kalau nda paham ya #WeStandWithIDI," cuitan Eva Sri Diana pada Rabu, 6 April 2022. 

Dalam video yang diunggah Eva Sri Diana Chaniago, dokter Gregory Budiman menjelaskan, perbedaan pengobatan cuci otak yang dimiliki dokter Terawan dengan terapi konvalesens milik dokter Monica. 

Dokter Monica yang menggagas terapi plasma konvalesens, langsung berkoordinasi dengan perhimpunan ahli dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). 

"Sedangkan dokter Terawan tidak," kata dokter Gregory Budiman melalui akun TikTok. 

Dikatakannya metode cuci otak dan vaksin Nusantaranya tidak berkoordinasi dengan perhimpunan ahli dari Kemenkes. 

Dokter Gregory Budiman juga mengatakan bahwa sanksi pemecatan sebenarnya sudah terjadi tahun 2018. 

"Namun atas permintaan TNI AD dan Pemerintah maka dilakukan kesepakatan agar metode cuci otak dr. Terawan dilakukan uji klinis bersama dengan Litbangkes," terang Gregory Budiman lagi. 

Kesepakatan tersebut dilakukan agar penelitian dilakukan dengan metode yang lebih sempurna sesuai dengan persyaratan uji klinis. 

Baca Juga: Marc Marquez Pastikan Balap di Seri MotoGP Amerika Minggu Ini

Meski begitu, dikatakan Gregory Budiman bahwa sampai sekarang penelitian tersebut tidak dijalankan.

"Oleh sebab itu, terapi cuci otak sampai saat ini tidak diakui oleh perhimpunan ahli dan vaksin Nusantara pun tidak diakui BPOM," ujarnya. 

Ia menjelaskan apabila terapi plasma konvalesens yang digagas dr Monica dilakukan penelitian secara transparan dengan hasil terukur sehingga dapat dinilai oleh para pakar di seluruh dunia. 

"Sedangkan terapi cuci otak dan vaksin Nusantara datanya tidak jelas hanya berdasarkan testimoni semata. Namun terapi ini tetap berjalan dengan komersialisasi," tutupnya.  ***

Editor: Tining Syamsuriah


Tags

Terkait

Terkini