Namun, perkembangan saat itu terjadi sangat cepat dan tiba-tiba muncul nama lain, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang juga menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta.
"Karena perkembangan saat itu begitu cepat di mana perhitungan saya yang tadinya kita akan head to head kubu Pak Basuki dan kubu yang non Pak Basuki ini dengan dua calon, karena Jakarta itu kan 50 persen plus 1," ungkap Sandiaga Uno.
"Akhirnya mendapatkan tiga calon, itu belum ada di skenario pertama saya, konstelasi berubah total," tambahnya.
Akhirnya, Sandiaga Uno menemukan strategi atas dasar masukan dari beberapa teman-teman dan tokoh-tokoh di DKI Jakarta yang memberikan pandangan.
"Akhirnya saya menemukan strategi, karena itu kan strategi yang sangat wow mengagetkan, Pak SBY memutuskan Mas AHY yang maju," pungkasnya.
"Semua perhatian terpusat kepada Mas AHY, bagaimana saya bisa menciptakan satu strategi tandingan, Anies Baswedan jawabannya," sambungnya.
Akan tetapi, Sandi mengaku kesulitan dalam meyakinkan partai-partai yang akan mengusungnya dengan memberikan surat rekomendasi untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta itu.
"Jadi meyakinkan Partai Gerindra dan Partai PKS itu yang 24 jam terakhir itu saya lakukan sampai gak tidur saya di Kertanegara untuk meyakinkan," ujarnya.
Akhirnya Prabowo Subianto mengatakan jika memang tidak menemukan titik temu dari polemik tersebut ya sudah saja.