Dia menilai, hal tersebut bukan persoalan Reuni 212 yang dianggap sebagai kebangkitan asosiasi Muslim dalam beroposisi.
Lebih dari itu, ia menyebut Reuni 212 menunjukkan bahwa ada ketidakadilan, salah satunya terkait kasus kerumunan eks Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
"Bukan soal reuninya, tapi mengingat kembali banyak ketidakadilan, termasuk dalam Habib Rizieq," tegasnya.
Selain Habib Rizieq, mantan Dosen Filsafat Universitas Indonesia itu juga mengungkit sejumlah tokoh muslim yang dicap sebagai radikal.***