Bukan Cuma Bos Farmasi yang Dapat Berkah Pandemi, Ibu-ibu PKK Ini Juga

- 10 Oktober 2021, 21:12 WIB
Camilan berbahan dasar kedebong, debog atau batang pisang siap dipasarkan, kreativitas ibu-ibu PKK Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Kelurahan Panjang Baru, Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Camilan berbahan dasar kedebong, debog atau batang pisang siap dipasarkan, kreativitas ibu-ibu PKK Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Kelurahan Panjang Baru, Kec. Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah. /Foto: suaramerdeka.com/Kuswandi/

SEPUTARTANGSEL.COM - Pandemi Covid-19 bagi kebanyakan orang adalah musibah. Tapi bagi sebagian orang adalah berkah.

Berkah, jika mampu mengubah kondisi kesulitan menjadi menguntungkan.

Bukan hanya Dirut Biofarma yang memandang pandemi Covid-19 sebagai berkah. Ibu-ibu di Kota Pekalongan, Jawa Tengah pun mampu mengubah pandemi menjadi kondisi yang membawa berkah.

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan Dirut Bio Farma, Said Didu Protes: Kok Dirut BUMN Katakan Covid-19 Berkah

Ibu-ibu ini tergabung dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK Kota Pekalongan.

Selama pandemi Covid-19 berlangsung, pengaruh buruk pada sektor ekonomi jelas dirasakan oleh para ibu tersebut.

Namun demikian, persoalan itu tidak bisa diselesaikan hanya cukup berpangku tangan. Para ibu ini pun berusaha membuat produk kreatif di tengah pandemi untuk dapat menopang ekonomi keluarga.

Sejumlah ide kreatif bermunculan. Salah satunya inovasi olahan makanan.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Suara Merdeka, ibu-ibu UP2K PKK Kota Pekalongan ini memanfaatkan bahan yang selama ini tak dipandang bahkan dengan sebelah mata saja, sebagai sumber bahan makanan.

Baca Juga: Dirut Bio Farma Sebut Pandemi Covid-19 Sebagai Berkah, Gus Umar: Nggak Punya Otak dan Hati Nurani

Bahan itu adalah kedebong atau batang pisang atau dalam bahasa Jawa disebut debog.

Di tangan para ibu ini, kedebong pisang itu dijadikan oleh-oleh maupun olahan camilan, makanan ringan khas Kota Batik.

Anggota UP2K Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, Indah, bercerita ikhwal munculnya ide produksi makanan ringan berbahan dasar debog pisang.

Ide itu muncul bermula pada tahun 2020 saat terjadi musibah banjir dan rob di wilayah Pekalongan Utara, mengakibatkan sejumlah pohon pisang mati.

Sementara, di wilayah tersebut cukup banyak dijumpai pohon pisang. Hal ini mendorong munculnya ide dari para anggota untuk memanfaatkan kedebong itu menjadi bahan pangan.

Baca Juga: Hutan Bambu di Purwakarta Akan Diubah Jadi Perkebunan Pisang, Dedi Mulyadi: Bisa Terjadi Bencana Longsor

Hasilnya, muncullah camilan berbahan kedebong pisang yang diberi nama Taro Debog.

“Jare wong ora kanggo debog pisang (Kata orang tidak terpakai batang pohon pisang). Tapi, justru yang tidak terpakai bisa dimanfaatkan dan bantu-bantu ekonomi keluarga,” tutur Indah, Sabtu 9 Oktober 2021.

Proses pembuatannya sendiri sangat mudah dan dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin.

Baca Juga: Buah Pisang Kaya Manfaat dan Vitamin, Tapi Berbahaya Bagi Penderita Penyakit Ini

Diawali dari debog pisang dikupas dan diambil bagian tengahnya.

Kemudian, dicuci dengan bersih, dipotong sesuai dengan selera dan rendam menggunakan air kapur semalaman.

Selanjutnya, cuci kembali dan keringkan atau diperas agar tidak ada kandungan air. Terakhir, goreng dengan minyak panas sampai kuning ke-emasan.

“Sejak tahun 2020, sudah kami jual ke masyarakat. Biasanya kami promosikan ketika ada pertemuan PKK, pertemuan warga dan sebagainya. Satu bungkus taro debog ini dibandrol dengan harga Rp 10 ribu dan ada dua varian rasa yakni original dan pedas,” imbuhnya.

Baca Juga: Kocak, Bapak ini Sampai Diikat di Batang Pohon Pisang Saat Mau Divaksinasi

Artikel ini telah tayang di Suara Merdeka dengan judul: "Topang Ekonomi Keluarga, Kaum Ibu di Pekalongan Sulap Debog Pisang Jadi Camilan"

Ke depan, pihaknya juga akan melebarkan sayap dengan menjajal pemasaran digital seperti pemanfaatan media sosial agar bisa dikenal oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat lokal, tetapi bisa dipasarkan ke berbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia.

Meski produk lokal, kemasan yang dibuat sengaja dibuat semenarik mungkin dan kreatif, dengan memanfaatkan keranjang dari anyaman bambu.

Itu dengan harapan, tampilannya dapat lebih menarik, sehingga bagi calon pembeli yang melihatnya lebih tertarik.*** (Kuswandi/Suara Merdeka)

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x