"Semoga kita punya mitigasi untuk ini sehingga fasilitas medis tidak dibanjiri anak-anak. Jangan buru-buru. Sabar," ungkapnya.
Cuitan dari Profesor Zubairi pun mendapatkan berbagai macam komentar dari para netizen.
"Di Sekolah Dasar anak sya belum sepenuhnya masuk sekolah prof, cuma 2 hari tatap muka disekolahan dgn durasi waktu 3 jam dan kapasitas siswa 50% dr jumlah keseluruhan siswa perkelas. Di SD Muhammadiyah 2 Samarinda," komen akun @Wa2n_SMR989.
"Perlu Uji Proporsi kah?, Secara jumlah SD (dan Siswanya?) Jauh melebihi Sekolah-sekolah lain," tulis akun @BetaEpsilonPhi.
"Terus apa strategi kesehatan nya? Apakah 10 tahun atau 20 tahun lagi kita harus terus PPKM?" ujar akun @Svanista.
"Yg disebutkan datanya diberita itu dari smp, sma, smk, tdk disebutkan sd dan kebanyakan gurunya dan sebagian murid, harusnya mereka sudah divaksin kan prof," kata akun @Pagi_Baru.
"Izin Prof, barangkali dalam pelaksanaan vaksinasi untuk siswa pelajar sebaiknya didampingi orangtua/wali yang mengetahui riwayat sakit anak. Dari dua kasus fatal vaers yg diberitakan, sebabnya diduga adanya riwayat sakit sebelumnya, bukan akibat langsung vaksin," ungkap akun @pigiwipuskismin.
Baca Juga: Kabar Baik, PTM Tangsel Dibuka untuk 154 SMP Negeri dan Swasta Pekan Ini
Sebagai informasi, jumlah terbanyak terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah yaitu berada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2,78 persen atau 581 SD.